Tuesday 31 October 2017

ILMU MUHKAM WA AL – MUTASYABIH

ILMU MUHKAM WA AL – MUTASYABIH
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi  Tugas Mata Kuliah
ULUMUL QUR’AN
Dosen pengampu Abd   Azis, M.Ag.








Dsusun Oleh :
Kelopok VI
1 . Mila Faricha                       ( 111049 )
2. Muhammad Aslam              (111052 )
3 . Nor Afifah                         ( 111055 )
4 . Novan Khoirun Naim        ( 111056 )




 



PROGAM STUDI PENDIDIKAN  AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH  TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI ) PATI
2012



PRAKATA

            Segala puji bagi Allah SWT Yang Maha Pengasih Dan penyayang. Solawat Dan Salam senantiasa terlimpahkan ke panggkuan Nabi Besar Muhammad SAW, Keluarga, Sahabat, Dan Para pengikutnya.

            Makalah ini penulis susun guna memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Qur’an. Dan dalam penulisan ini, penulis menyadari bahwa sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas, maka makalah yang berjudul
“ ILMU MUHKAM WA AL – MUTASYABIH “ Ini masih jauh dari kata sempurna.

            Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Olehkarena itu, penulis ingin mengucapkan trima kasih kepada :

1.      Abd   Azis, M.Ag selaku dosen pengampu mata kuliah Ulumul Qur’an SEkolah Tinggi Agama Islam pati.
2.      Segenap dosen sekolah tinggi agama islam.
3.      Semua rekan – rekan maha siswa, atas segala partisipasin yang telah di berikan.
4.      Semua pihak yang telah membantu terselesainya penyusunan makalah ini.

            Penulis berharap dari makalah yang penulis susun ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi penulis maupun pembaca. Demikian makalah ini penulis susun, kritik serta saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk melengkapi makalah ini.




Pati, 20 April 2012
Penulis



ILMU MUHKAM WA AL – MITASYABIH


1 . PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang.
Al – qur’an di dalamnya terandung dua jenis ayat yang keduanya merupakan bagian terpenting dalam kitap suci Al –qur’an. Dan keduanya harus di terima sepenuhnya tanpa pilih – pilih.

Dua jenis ayat didalam Al – qur’an yaitu ayat muhkam yang diketahui maksudnya melalui takwil / secara nyata dan mutasyabih yaitu ayat yang tersembunyi ( maknanya )

1.2  Rumusan masalah.
Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu :
1 . Apakah pengertian muhkam dan mutasyabih dan dasar – dasar pembicaranya ? 
2 . Apakah sebb – sebab terjadinya mutasyabih?
3 . Bagaimanakah pandangan dan sikap Ulama’ dalam menghadapi Ayat – ayat mutasyabi ?


1.3  Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah berdasarkan rumsan masalahdi atas adalah :
1.      Dapat menjelaskan pengertian Muhkam dan Mutasyabih dan dasar – dasar pembicaranya.
2.      Untuk mengetahui sebab – sebab terjadinya tasyabuh.
3.      Untuk mengetahui pandangan dan sikap Ulama’dalam menghadapi  Ayat – ayat Mutasayabih.



ILMU MUHKAM WA AL – MUTASYABIH

11. PEMBAHASAN

11.1 Pengertian Muhkam Dan Mutasyabih dan dasar – dasar pebicaranya.
Secara Bahasa :

Muhkam berasal dari kata Ihkam yang berarti Kekukuhan, Kesempurnaan, Keseksamaan, dan Pencegahan. Dalam Al – Qur’an terdapat Ayat yang menggunakan kata ini atau kata jadiannya.
Firman Allah :
!9# 4 ë=»tGÏ. ôMyJÅ3ômé& ¼çmçG»tƒ#uä ......................(هود : 1) ÇÊÈ  
Artinya : “ Sebuah kitap yang disempurnakan ( di jelaskan ) Ayat – ayat nya ”. ( Qs. Hud : 1 )
Mutasyabih berasal dari kata tasyabuh yang secara bahasa berarti keserupaan  dan kesamaan yang biasanya membawa kepada kesamaan  antara dua hal . [1] 
Firman Allah :
.............. $Y6»tGÏ. $YgÎ6»t±tFB uÎT$sW¨B .......... (الزمر : 23) ÇËÌÈ  
Artinya : … ( yaitu ) Al – qur’an yang serupa ( Mutasyabih ) lagi berulang – ulang …. ” [2]
Tasyabuh dan isytabaha berarti dua hal yang masing – masing menyerupai yang lainnya.
Firman Allah :

uqèd üÏ%©!$# tAtRr& y7øn=tã |=»tGÅ3ø9$# çm÷ZÏB ×M»tƒ#uä ìM»yJs3øtC £`èd Pé& É=»tGÅ3ø9$# ãyzé&ur ×M»ygÎ7»t±tFãB ( $¨Br'sù tûïÏ%©!$# Îû óOÎgÎ/qè=è% Ô÷÷ƒy tbqãèÎ6®KuŠsù $tB tmt7»t±s? çm÷ZÏB uä!$tóÏGö/$# ÏpuZ÷GÏÿø9$# uä!$tóÏGö/$#ur ¾Ï&Î#ƒÍrù's? 3 $tBur ãNn=÷ètƒ ÿ¼ã&s#ƒÍrù's? žwÎ) ª!$# 3 tbqãź§9$#ur Îû ÉOù=Ïèø9$# tbqä9qà)tƒ $¨ZtB#uä ¾ÏmÎ/ @@ä. ô`ÏiB ÏZÏã $uZÎn/u 3 $tBur ㍩.¤tƒ HwÎ) (#qä9'ré& É=»t6ø9F{$# ÇÐÈ  

Artinya :
Dialah yang menurunkan Al – kitap ( Al – Qur’an ) kepada kamu. Di antara ( isi ) nya ada ayat – ayat yag muhkam, itulah pokok – pokok isi Al – qur’an dan yang lain ( ayat – ayat ) mutasyabihat. Adapun orang – orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti ayat – ayat yang mutasyabihat dari padanya untuk mnimbulkan fitnah dan untuk mencari – cari takwilnya melainkan Allah. Dan orang – orang yang mendalam ilmunya berkata : “ kami beriman kepada ayat – ayat yang mutasyabihat. Semuanya itu dari sisi tuhan kami”. Dan tidak dapat mengambil pelajaran ( dari Padanya ) melainkan orang – orang yang berakal. ( Qs. Ali Imran : 7)  [3]

Secara istilah :
Diantara definisi yang dikemukakan Al – Zarqani adalah berikut ini :
1.      Muhkam ialah ayat yang jelas maksudnya lagi nyata yang tidak mengandung nash. Mutasyabih ialah ayat yang trsembunyi ( maknanya ). Tidak diketahui maknanya baik secara akli maupun naqli. Dan inilah ayat – ayat yang hanya Allah mengetahuinya. Seperti datangnya hari kiamat , huruf – huruf yang di awal – awal surat. Pendapat ini di bangsakan Al – Alwi kepada pemimpin – pemimpin mazhab Hanafi.
2.      Muhkam ialah Ayat – ayat yang diketahui maksudnya , baik secara nyata maupun melalui takwil. Mutasyabih ialah ayat hanya Allah mengetahui maksudnya. Baik secara nyata maupun melalui takwil. Mutasyabih ialah ayat yang hanya Allah lah mengetahui maksudnya, seperti datangnya hari kiamat, keluarnya dajjal, huruf – huruf yang terputus – putus di awal – awal surat. Pendapat ini di bangsakan kepada Ahli sunah sebagai pendapat yang terpilih di kalangan mereka.
3.      Muhkam Ialah ayat yang tidak mengandung kecuali satu kemungkinan makna takwil. Mutasyabih ialah ayat yang mengandung banyak kemungkinan makna takwil, pendapat ini di bangsakan kepada Ibnu Abbas dan kebanyakan ahli usul fiqih mengikutinya. [4] 

  11.2 Sebab – sebab terjadinya Tasyabuh dalam Al – Qur’an.

 Secara ringkas dapat di katakanbahwa sebab tasyabuh atau mutasyabih adalah ketersembunyian. maksud bahwa makna ketersembunyian itu bias kembali kepada lafal dan makna sekaligus.
Contoh ketersembunyian pada lafal Adalah :

         وَفاَكِهَةً وَأَباَ (عبس : 31)Lafal    أَ بَ  Disini Mutasyabih.
Karena ganjilnya dan jarangnya digunakan. Kata    أَ بَ    Di artikan Rumput – rumputan berdasarkan pemahaman dari ayat berikutnya :

$Yè»tG¨B ö/ä3©9 ö/ä3ÏJ»yè÷RL{ur   ( عبس ÇÌËÈ  
Mutasyabih yang timbul dari ketersembunyian pada makna adalah Ayat – ayat Mutasyabih tentang sifat – sifat Tuhan seperti :
وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُوْ الجَلاَلِ وَالاِكْرَامْ
يَدُ اللهِ فَوْقَ أَيْدِيْهِمٍٍْ

Dan sebagai mana Mutasyabih yang timbul dari ketersembunyian pada makna Dengan lafal sekaligus adalah Seperti : 
.... }§øŠs9ur ŽÉ9ø9$# br'Î/ (#qè?ù's? šVqãŠç6ø9$# `ÏB $ydÍqßgàß £`Å3»s9ur §ŽÉ9ø9$# Ç`tB 4s+¨?$# 3 (#qè?ù&ur šVqãç7ø9$# ô`ÏB $ygÎ/ºuqö/r& 4 (#qà)¨?$#ur ©]lgfq!$# öNà6¯=yès9 š cqßsÎ=øÿè? ÇÊÑÒÈ     

Artinya :
     “ Dan bukanlah kebaktian memasuki Rumah – rumah dari belakangnya.      Akan tetapi kebaktian itu adalah kebaktian Orang – orang yang bertaqwa. Dan masuklah ke rumah – rumah itu dari pintu – pintunya.  Dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu beruntung ”.
     ( Qs. Al – Baqarah : 189 ). [5]

11.3. Pandangan dan sikap Ulama’ dalam menghadapi ayat – ayat Mutasyabih.

1.   Mazhab salaf yaitu mengimani sifat – sifat yang Mutasyabih itu dan menyerahkan hakikatnya kepada Allah sendiri. Pernah ditanyakan kepada imam malik tentang makna Istiwa’  maka beliau berkata :

الاستواء معلوم والكيف مجهول والتساؤل عنه بدعة وأظتك رجل سوء أخرجؤه عنى


“Istiwa’ itu ma’lum, kaif itu majhul, menanyakan hal itu bid’ah, saya sangka engkau  seorang buruk – keluarkanlah dia ini dari majelisku”.[6]

2.      Mazhab Khalaf. Yaitu Ulama’ yang menakwilkan Lafal yang makna lahirnya mustahil kepada makna yang lain dengan zat Allah. Karena itu mereka disebut pula Muawwilah atau Mazhab takwil. Mereka memaknakan Istiwa’ dengan ketinggian yang abstrak, berupa pengendalian Allah terhadap alam ini tanpa merasa kepayahan. Kedatangan Allah di artikan dengan kedatangan Perintahnya, Allah berada di atas hamba – nya. Dengan Allah maha tinggi, bukan berada di suatu tempat. “ sisi ”  Allah dengan hak Allah, “Wajah” dengan zat, “Mata” dengan pengawasan. “tangan” dengan kekuasaan, dan “diri” dengan siksa. Demikianlah system penafsiran Ayat – ayat Mutasyabihat yang di tempuh Oleh ulama’ kalaf. Semua lafal yang mengandung makna “cinta”, “murka”,  dan “malu” bagi Allah di takwil dengan makna majaz yang terdekat. Mereka berkata :

كل صفة يستحيل حقيقتها على الله تعالى تفسر بلازمها


Artinya : “ Setiap sifat yang makna hakikatnya mustahil bagi Allah Di tafsirkan ( di takwil ) dengan kelazimannya”.



111.1 Kesimpulan.

1)      Muhkam berasal dari kata Ihkam yang berarti , kekukuhan, kesempunaan, kesesamaan, dan pencegahan, sedang Mutasyabih berarti keserupaan dan kesamaan yang biasa membawa kepada kesamaran antara dua hal.

2)      Secara ringkas bahwa tasyabuh atau mutasyabih adalah ketersembunyian maksud bahwa ketersembunyian itu bisa kembali kepada lafal dan makna sekaligus. Tujuan ayat muhkam dan mutasyabih diturunkan oleh Allah untuk :

-          Merangsang daya fikir, agar pembaca dapat memahami dan mengetahui makna  ayat-ayat tersebut.
-          Menguji keimanan manusia
-          Agar manusia tidak mudah terbawa oleh kesombongan

3)      Pandangan para Ulama’ diantaranya madzhab salaf yaitu para ulama’ yang memercayai dan mengimani Ayat – ayat Mutasyabih dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah sendiri. Madzhaf Khalaf yaitu para Ulama’ yang berpendapat perlunya menakwilkan ayat – ayat Mutasyabihat yang menyangkut sifat Allah. Sehingga melahirkan Arti yang sesuai dengan keluhuran Allah.



Daftar pustaka
   


-          Syadali, Ahmad Dan Ahmad Rofi’I . 1997 . Ulumul Qur’an
1- bandung : CV. Pustaka Setia.
-          Ash- Shiddiqy , Teungku M. Hasbi – 2009. Ilmu – ilmu         Al- Qur’an – Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra.
-          Anwar . Rosihon. 2008 – Ulumul Qur’an. Bandung :
CV - Pustaka Setia.




















[1] . H. Ahmad Syadali dan H. Ahmad Rofi’I . Ulumul Qur’an 1 . ( Bandung : CV Pustaka Setia, 1997 ) hal 199.
[2] . H. Ahmad Syadali Dan H. Ahmad Rofi’I . Ulumul Qur’an 1. hal 199
[3] . H . Ahmad Syadali dan H. Ahmad Rofi’I . Ulumul Qur’an 1. hal 200
[4].  H . Ahmad Syadali dan H. Ahmad Rofi’I . Ulumul Qur’an 1. hal 201
[5] . H . Ahmad Syadali dan H. Ahmad Rofi’I . Ulumul Qur’an 1. hal 204.
[6] . Teungku M. Hasbi ash – Shidieqy. Ilmu – ilmu Al – Qur’an ( Ulumul Al – Qur’an ) (Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2009 ) hal 161

No comments:

Post a Comment

Misteri kabut

 Tidak masalah  Tanpa masalah  Non masalah  ???