Sunday 23 September 2018

Konsep kurikulum(teologi)

Konsep kurikulum yang sesuai dengan teks – teks teologi Definisi kurikum sebagai keseluruhan pelajaran belum menggambarkan makna kurikulum yg sebenarnya. Maka dari iu pemaknaan kurikulum terus berkembang. Patrick Slattery berpendapat bahwa kurikulum adalah undangan tegas untuk para Peserta didik agar berpartisipasi dalam sejarah daripada sekedar mengobservasi sejarah dari kejauhan. Slattery menitikberatkan kepada partisipasi aktif peserta didik. Bukan sekedar pelajaran yang disajikan kepada peserta didik. Di Indonesia Hilda Taba memperkenalkan kurikulum sebagai sesuatu yang direncanakan untuk pelajaran anak sebagai anggota yang produktif dalam masyarakat. Mirip dengan pendapat Slattery. Taba menitikberatkan peserta didik di dalam kurikulum. Kurikulum disusun untuk mempersiapkan nara didik dengan tujuan tertentu. Berdasarkan pemikiran Slattery dan Taba dapat disimpulkan bahwa kurikulum berpusat pada peserta didik. Kurikulum harus disusun untuk memfasilitasi peserta didik dalam kreasi mereka serta kemandirian didalam kehidupan pribadi mereka. Maka dari itu kurikulum seharusnya sesuai dengan dinamika kehidupan peserta didik. Untuk menunjukkan bahwa peserta didik bukanlah obyek melainkan subyek. Maka kurikulum harus mampu menyajikan pengalaman bebas bagi peserta didik. Pengalaman bebas yakni memperkenalkan kebebasan dan kemandirian berfikir, kekuasaan sosial dan politik, menghargai kebebasan orang lain, dan menerima keberagaman berpendapat serta keberagaman individu di dalam masyarakat tanpa memperhatikan golongan, ras ataupun keyakinan. Penulis beranggapan bahwa kurikulum adalah segala sesuatu yang telah direncanakan untuk membantu peserta didik mengembangkan pemikirannya berdasarkan pengalaman hidup yg telah dilalui serta wawasan yang baru, belajar berinteraksi dengan orang lain agar mampu produktif ditengah masyarakat dan menciptakan sejarah bersama masyarakat. Kurikulum berisi berbagai macam aspek yang menitikberatkan kepada peserta didik, bukan lagi pendidik ataupun sekedar mata pelajaran. Kritik Faham eklektisisme radikal ( tidak dapat ditawar-tawar lagi ) lalu menghasilkan dua pertentangan konsep yang diterima dan juga kritikan pada waktu yang sama, karena baik masa yang lalu dan masa yang akan datang kedua duanya dihormati dan tidak dihormati, baik keseluruhan dan keterbatasan memiliki konsep dan tidak memiliki konsep. Pergerakan usaha ini lebih mengarah kepada filsafat materialis modern. Konsep kurikulum yang sesuai dengan perbedaan gender, sex, ras dan etnis Konsep kurikulum postmodern mereka lebih mengabaikan perbedaan gender, sex, ras dan etnis karena kurikulum dilihat sebagai cermin yang dapat diketahui secara obyektif.

Misteri kabut

 Tidak masalah  Tanpa masalah  Non masalah  ???