Tuesday 31 October 2017

DAMPAK BENCANA ALAM TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA

DAMPAK BENCANA ALAM TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA

A.    LATAR BELAKANG
Telah banyak terjadi berbagai macam kejadian alam yang kurang bisa diterima oleh masyarakat Indonesia akhir-akhir ini. Mulai dari tsunami di Aceh, gempa di Yogyakarta, lumpur Lapindo di Sidoarjo, tsunami Mentawai, meletusnya Merapi dan masih banyak lagi.
Adanya bencana-bencana tersebut telah banyak memberikan bukti bahwa alam sudah tidak mau bersahabat dengan manusia lagi. Siapa yang harus dipersalahkan atas semua ini, apakah semua kesalahan tersebut diletakkan pada tangan manusia, atau memang Tuhan berkehendak lain dengan alam kita.
Konsep manusia dalam berpikir tentunya tidak akan bisa mampu membahas mengenai kehendak Tuhan Yang Mahakuasa. Kita tidak akan sanggup menebak apakah yang akan terjadi pada alam sekitar kita pada esok hari. Jangankan untuk mengetahui keadaan esok hari, satu jam ke depan saja, kita tidak akan sanggup memprediksinya. Apa yang telah dikehendaki-Nya tidak akan bisa terurungkan bila memang Tuhan berkehendak demikian.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah pengertian bencana alam?
2.      Bagaimana dampak bencana alam terhadap pembangunan ekonomi di Indonesia?
3.      bagaimana risiko bencana alam terhadap pembangunan ekonomi di Indonesia?
4.      bagaimana manfaat bencana alam terhadap pembangunan ekonomi di Indonesia?
5.      bagaimana solusi bencana alam terhadap pembangunan ekonomi di Indonesia?
C.    PEMBAHASAN
1.    PENGERTIAN BENCANA ALAM
Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik, seperti letusan gununggempa bumitanah longsor) dan aktivitas manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian.
Bencana alam juga dapat diartikan sebagai bencana yang diakibatkan oleh gejala alam. Sebenarnya gejala alam merupakan gejala yang sangat alamiah dan biasa terjadi pada bumi. Namun, hanya ketika gejala alam tersebut melanda manusia (nyawa) dan segala produk budidayanya (kepemilikan, harta dan benda), kita baru dapat menyebutnya sebagai bencana.
Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka. Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan: "bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan". Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidak akan menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya gempa bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah "alam" juga ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia.
Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard) serta memiliki kerentanan/kerawanan (vulnerability)  yang juga tinggi tidak akan memberi dampak yang hebat/luas jika manusia yang berada disana memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan bencana merupakan valuasi kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-tantangan serius yang hadir. Dengan demikian meskipun daerah tersebut rawan bencana dengan jumlah penduduk yang besar jika diimbangi dengan ketetahanan terhadap bencana yang cukup.

2.    DAMPAK BENCANA ALAM TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA
Bencana alam dapat mengakibatkan inflasi, sedangkan inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif, tergantung parah atau tidaknya pengaruh suatu bencana alam terhadap tingkat inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi.
Bagi Perekonomian Indonesia,      
a.       Investasi berkurang,
b.      Mendorong, tingkat bunga, menimbulkan kegagalan pelaksanaan pembangunan,
c.       Menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi masa yang akan datang,
d.      Menyebabkan daya saing produk nasional berkurang, menimbulkan defisit neraca pembayaran,
e.       Merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
Bencana yang sekarang ini sering terjadi yaitu akibat dari perubahan iklim (global warming) yang semakin meningkat, lebih banyak manusia terkena dampaknya di karenakan perpotensi meningkatkan kemiskinan, kurangnya sumber daya, pertumbuhan populasi, pergerakan dan penempatan manusia ke daerah yang tidak menguntungkan.
        Kurangnya menejemen darurat menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan baik keuangan individu, nasional, maupun internasional.
Bencana alam yang terjadi jika memberpengaruh pada sumber daya local dan mengakibatkan kurangnya sumber daya tersebut, maka daerah tersebut dapat meminta bantuan ke tingkat nasional dan internasional, dan itu akan menjadi beban untuk perekonomian Negara.
Bencana alam menbawa pengaruh negative terhadap pembangunan terutama pembangunan dan menyusutkan kapasitas produksi dalam skala besar yang berakibat pada kerugian financial. Karena itu bencana alam membutuhkan pemulihan, rehabilitas dan rekontruksi agar kehidupan ekonomi kembali normal. Tetapi semua itu memiliki konsekuensi pembiayaan yang sering melebihi kemampuan ekonomi daerah yang dilanda bencana. Kebutuhan social ekonomi yang besar buat rehabilitas dan rekontruksi menelan hasil-hasil pembangunan, sehingga terkadang harus meminjam dari Negara tetangga yang mengakibatkan semakin menumpuknya hutang Negara.
Akibat bencana alam Negara dapat rugi hingga triliunan, sehingga umtuk pembangunan terjadi gangguan akibat dari bencana-bencana yang terjadi tersebut, sehingga terkadang pembangunan terhadap perekonomian suatu Negara merugi, bahkan sering terjadi inflasi besar-besaran akibatnya sangat merugikan baik Negara maupun masyarakat itu sendiri.
Bencana alam juga dapat menghabiskan sumber daya yang ada karena terjadi kerusakan-kerusakan yang dapat mempengaruhi sumber daya terutama sumber daya alam dan sumber daya manusia, akibatnya terhambatnya perekonomian, selain itu bencana alam juga menyebabkan kelangkaan sumber daya tersebut , sehingga pemerintah harus mengambil kebijakan-kebijakan ekonomi.
Bencana dapat menghentikan laju perkonomian terutama bagi para korban, meskipun bersifat sementara bagi perekonomian namun dapat merugian hingga triliunan, seperti contoh : uang yang harusnya digunakan sebagai pembangunan digunakan untuk membantu para korban bencana alam yang telah kehilangan berbagi harta benda, serta pekerjaannya, belum lagi ganti rugi atas kerusakan yang diakibatkan oleh bencana tersebut, pemerintah harus mengeluarkan uang APBN yang cukup besar untuk menganti itu semua, kadang kala harus meminjam dari Negara-negara tetangga.
Bencana alam juga mempengaruhi harga komoditas pangan dan energy yang terus naik, tentunya akan memicu terjadinya inflasi, sedangkan daya beli masyarakat tidak bertambah malah cenderung menurun, akibatnya akan timbul pemasalahan yang berikutnya yaitu memungkinkan akan banyak perusahaan-perusahaan yang menggunakan bahan bakar untuk produksinya akan gulung tikar karena tak mampu lagi membiayai produksinya, dan itu dapat mengakibatkan pengganguran yang dapat terjadi suatu yang semakin buruk yaitu terjadinya krisis ekonomi yang semakin meruikan Negara.
Para korban bencana alam terkadang menekan pemerintah untuk serius terhadap menangani persoalan pasca bencana, pemulihan infrstruktuk public, perekonomian, dan psikologis masyarakat, terus pemerintah dapat dari mana untuk memenuhinya sedangkan sekarang banyak masyarakat yang kesadarannya kurang untuk membayar pajak, sedangkan apabila terjadi bencana seperti ini mereka menuntut haknya yang telah lenyap, namun kesadaran untuk membayar kewajiban masih sangat rendah, jadi pemerintah tak mampu memaksimalkan usahanya untuk pemulihan, karena kurangnya dana.
Bencana alam juga membuat kerusakan jalan dan harus segera di perbaiki, karena jalan merupakan akses terpenting untuk lajunya ekonomi, apabila jalan banyak yang hancur maka banyak barang yang tidak dapat dikirim, kemudian didaerah yang tidak mendapat kiriman maka akan terjadi kelangkaan ujung-ujungnya inflasi lagi, padahal inflasi begitu merugikan bagi perekonomian Negara, sehingga untuk mendapat kesejahteraan secara merata sangat sulit karena akibat dari ulah masyarakat pula yang kurang peduli akan pentingnya membayar pajak, dan bagi para koruptor yang hanya menambah beban bagi masyarakat dengan mengambil harta yang bukan haknya, terus bila Negara hancur siapa yang harus di salahkan???.

3.      RISIKO BENCANA ALAM TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA
Bencana alam menyusutkan kapasitas produktif dalam skala besar yang berakibat pada kerugian finansial. Karena itu, bencana alam membutuhkan pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi agar kehidupan ekonomi kembali normal. Tetapi, semua ini memiliki konsekuensi pembiayaan yang sering melebihi kemampuan ekonomi daerah yang terlanda bencana. Kebutuhan biaya sosial ekonomi yang besar buat rehabilitasi dan rekonstruksi menelan hasil-hasil pembangunan.
Laporan Asia Pacific Disaster Report 2010 yang disusun oleh Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk kawasan Asia dan Pasifik (UN-ESCAP) dan UN-ISDR menyebutkan bahwa kawasan Asia-Pasifik, termasuk di dalamnya Indonesia, menghasilkan seperempat dari Produk Domestik Bruto (PDB) dunia.
Namun, dalam 30 tahun terakhir ini 85 persen dari kematian dan 38 persen kerugian ekonomi global yang diakibatkan oleh bencana alam juga terjadi di kawasan ini. Sementara itu, Global Assessment Report (GAR 2011) memperkirakan bahwa kerugian akibat bencana setiap tahunnya rata-rata mencapai 1 persen dari PDB, atau setara dengan kerugian yang dialami oleh negara-negara yang mengalami krisis keuangan global pada tahun 1980 dan 1990-an.
Bagi Indonesia hal tersebut sangat terasa dari dampak bencana. Besarnya kerusakan dan kerugian akibat dampak bencana sangat besar. Tsunami Aceh (2004) menimbulkan kerusakan dan kerugian Rp 39 triliun. Berturut-turut gempa bumi Yogyakarta dan Jawa Tengah tahun 2006 (Rp 27 triliun), banjir Jakarta tahun 2007 (Rp4,8 triliun), gempa bumi Sumbar tahun 2009 (Rp 21,6 triliun), dan erupsi Merapi tahun 2010 di luar dari dampak lahar dingin sebesar Rp3,56 triliun. Sebuah angka yang sangat besar.
Bandingkan dengan kebutuhan untuk membangun Jembatan Suramadu sekitar Rp 4,5 triliun dan kebutuhan JORR Tahap II sepanjang 122,6 km sebanyak Rp 5 triliun. Artinya, dampak bencana tersebut dapat menurunkan laju pembangunan di Indonesia.

4.    MANFAAT BENCANA ALAM TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA
Berikut hasil analisis pengaruh bencana alam terhadap tingkat inflasi yang juga mempengaruhi perekonomian suatu Negara, sebagai berikut :
·         Pendapatan
Pendapatan akan berkurang dikarenakan harus mengeluarkan uang yang banyak untuk biaya perbaikan sehingga uang beredar pun bertambah banyak dan terjadilah inflasi. Hal tersebut didukung juga dengan tingkat suku bunga yang akan turun serta keinginan untuk menabung akan berkurang selain dikarenakan tingkat suku bunga juga dikarenakan tidak tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung untuk melakukan menabung uang untuk meredam inflasi, karena kerusakan gedung, hilangnya database serta yang lainnya.
·         Efisiensi
Bencana alam dapat mengubah pola alokasi factor produksi. Perubahan harga barang konsumsi dan harga barang factor produksi akan mengubah pemakaian barang tersebut pada kegiatan produksi dan konsumsi yang lebih efisien.
·         Output
Bencana alam bisa dibarengi dengan kenaikan output, apabila kenaikan harga barang-barang mendahului kenaikan biaya produksi sehingga menyebabkan keuntungan produsen dalam jangka pendek, Namun lebih banyak bencana alam menurunkan Inflasi sehingga menurunkan output apabila laju inflasi cukup tinggi menyebabkan daya beli menurun dan mengurangi daya serap output produksi
·         Redistribusi Pendapatan
Apabila harga harga naik dikarenakan permintaan suatu barang yang dibutuhkan pada saat terjadi bencana, maka daya beli masyarakat akan menurun, namun ada sekelompok masyarakat yang mampu menaikkan daya belinya akibat kenaikan barang tersebut
·         Lapangan Pekerjaan
Rusaknya daerah tersebut mendorong para usahawan dan perusahaan untuk menghentikan produksinya sehingga masyarakat banyak yang kehilangan pekerjaan. Masyakarat tidak bekerja sehingga masyarakat tidak mendapatkan penghasilan dan daya beli nya rendah sehingga tercipta inflasi dan sangat mempengaruhi perekonomian global suatu Negara.

5.    SOLUSI BENCANA ALAM TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA
Pertemuan ketiga tingkat menteri Indonesia-Jepang di Tokyo baru-baru ini telah menetapkan rencana strategis terkait Metropolitan Priority Area (MPA), dimana dalam pertemuan ini diidentifikasi sejumlah 45 proyek terkait langsung dengan pelaksanaan MPA. Menurut Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa, sebanyak 18 proyek diantaranya dikategorikan fast track project dan lima proyek lainnya flagship project yang menjadi prioritas utama pemerintah pusat (Kompas 10/10/12). Dalam pengembangan 45 proyek pembangunan ini diperlukan investasi sekitar Rp 410 triliun (3,4 triliun Yen), dimana pembiayaannya ditanggung 55% oleh swasta dan 45% campuran antara program public private partnership (PPP), APBN Indonesia, serta pembiayaan melalui skema pinjaman bantuan lunak (soft loan). Kelima proyek yang dikatagorikan sebagai MPA flagship project terdiri dari (1) Proyek konstruksi mass rapid transportation (MRT) Jakarta; (2) Pembangunan Pelabuhan International Cilamaya (Cilamaya’s International Sea Port); (3) Perluasan dan pengembangan Bandara International Soekarno-Hatta; (4) Pembangunan Pusat Riset Akademik Terpadu (New Academic Research Cluster); (5) Pembangunan pembuangan kotoran (sewerage system) di DKI Jakarta.
Dalam usaha untuk menanggulangi kemiskinan dan ketidakmerataan distribusi pendapatan di negara-negara berkembang, maka perlu diketahui bagaimana cara terbaik untuk mencapai tujuan tersebut. Kebijaksanaan ekonomi apa saja yang dapat dilaksanakan oleh pemerintah negara-negara berkembang untuk menanggulangi kemiskinan dan ketidakmerataan, sambil tetap mempertahankan atau meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Apabila perhatian lebih ditujukan pada kewajaran distribusi pendapatan pada umumnya, dan upaya untuk meningkatkan tingkat pendapatan golongan ekonomi bawah 40 % penduduk pada khususnya, maka perlu dipahami berbagai faktor yang mempengaruhi distribusi pendapatan di dalam perekonomian, dan perlu juga diketahui upaya-upaya pemerintah agar dapat mempengaruhi atau mengubah efek yang tidak menguntungkan dari kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut.
Menurut W.Arthur Lewis (Perencanaan Pembangunan: Dasar-Dasar Kebijakan Ekonomi,1962) semua pemerintah modern menjunjung tinggi asas persamaan dan berupaya menghapuskan pendapatan yang di satu pihak berlebihan banyaknya sedangkan di lain pihak terlalu sedikit.
Untuk menjawab ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : (1) Membagikan kembali pendapatan itu dengan cara pemungutan pajak; (2) Mengubah faktor-faktor pokok yang menentukan distribusi pendapatan sedemikian rupa sehingga distribusi pendapatan sebelum pengambilan pajak telah menjadi sama.
Irma Adelman dan Cynthia Taft Morris dalam Lincolin Arsyad (Ekonomi Pembangunan,1988) mengemukakan delapan faktor yang menyebabkan Ketidakmerataan Distribusi Pendapatan di Negara-negara Berkembang :
(1)   Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan pendapatan per kapita semakin menurun;
(2)   Inflasi, dimana pendapatan uang bertambah tetapi tidak  diikuti secara proporsional dengan pertambahan produksi barang-baran
(3)   Ketidakmerataan pembangunan antar daerah;
(4)   Investasi yang boros dalam proyek-proyek yang padat modal, sehingga persentase pendapatan dari harta tambahan lebih besar dibandingkan dengan persentase pendapatan yang berasal dari kerja, sehingga jumlah pengangguran bertambah;
(5)   Rendahnya mobilitas sosial;
(6)   Pelaksanaan kebijakan industri substitusi impor yang mengakibatkan melonjaknya harga barang hasil industri untuk melindungi kepentingan usaha-usaha kapitalis ;
(7)   Memburuknya nilai tukar bagi negara-negara sedang berkembang dalam perdagangan internasional dengan negara maju;
(8)   Hancurnya sentra industri kerajinan rakyat (usaha kecil dan menengah, UKM) dan koperasi.
Sistem perekonomian Indonesia sangat dipengaruhi oleh sistem ekonomi kapitalis, bahkan lebih kapitalis dibandingkan dengan Amerika Serikat. Hal ini menyebabkan perekonomian hanya terpusat atau dikuasai oleh para pemilik modal. Tentunya mereka yang memiliki modal yang besar mampu berinvestasi dalam membangun industri-industri yang diharapkan dapat meningkatkan penghasilan.
Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa investasi padat modal, tingkat inflasi dan tingkat upah yang rendah dapat mempengaruhi kesenjangan pendapatan di Indonesia. Investasi yang cenderung padat modal, mengakibatkan banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan, sehingga pendapatan yang mereka terima sangat kecil. Inflasi yang tidak terkendali menyebabkan perekonomian terbengkalai dan masyarakat semakin tidak dapat menikmati hasil pembangunan. Juga upah yang masih rendah dikalangan masya-rakat menengah ke bawah menyebabkan kesenjangan pendapatan yang semakin melebar, diantara berbagai golongan lapisan masyarakat.

















Penutup





No comments:

Post a Comment

Misteri kabut

 Tidak masalah  Tanpa masalah  Non masalah  ???