Tuesday 31 October 2017

BEBERAPA PRINSIP DASAR EPISTEMOLOGI ISLAM

BEBERAPA PRINSIP DASAR EPISTEMOLOGI ISLAM
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Metodologi Study Islam
Dosen Pengampu: Bpk. Zaenal Arifin, M.S.I



Disusun oleh:
Ah. Birrul Walidain

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PATI
JURUSAN TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
I.                   PENDAHULUAN
Agama islam adalah satu-satunya agama disisi Allah yang diridhoi, agama islam juga mengatur berbagai dimensi hubungan manusia dalam menjalani aspek kehidupan. Ia mengajarkan bagaimana melakukan hubungan baik antara manusia dengan Sang Khaliq, manusia dengan manusia, dan manusia dengan makhluk lainnya.
Mempelajari dan mengamalkan agama islam sangant diperlukan bagi penganutnya agar tidak terjerumus pada hal-hal yang merugikan diri sendiri dan orang lain. di zaman modern, orang terlalu mudah terpengaruh dengan budaya luar yang tidak sesuai dengan ajaran islam secara kaffah.
Pendidikan agama tidak terlepas dari pengajaran agama, yaitu pengetahuan yang ditunjukkan pada pikiran, jiwa dan kepribadian yang berisikan hukum-hukum, syarat-syarat, kewajiban-kewajian, batas-batas dan norma-norma yang harus dilakukan. Islam sebagai agama yang terakhir, memiliki karakteristik yang khas dibandingkan dengan agama-agama yang datang sebelumnya.
II.                RUMUSAN MASALAH
  1. Apakah pengertian epistimologi dan Islam
  2. Bagaimana sumber pengetahuan (wahyu, akal, dan rasa)
  3. Bagaimana kriteria kebenaran dalam epistimologi Islam
  4. Bagaimana peranan dan fungsi pengetahuan Islam.
III.             Tujuan
1.      Menjelasakn pengertian epistemology dan islam
2.      Menjelaskan sumber pengetahuan (wahyu, akal, dan rasa)
3.      Menjelaskan kriteria kebenaran dalam epistimologi Islam
4.      Menjelasakaqn peranan dan fungsi pengetahuan Islam
IV.             Manfaat
1.      Meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang pengertian epistimologi dan Islam
2.      Meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang sumber pengetahuan (wahyu, akal, dan rasa)
3.      Meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang kriteria kebenaran dalam epistimologi Islam
4.      Meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang peranan dan fungsi pengetahuan Islam


V.                PEMBAHASAN

A.    Pengertian Epistimologi dan Islam

1.      Pengertian Islam
Secara etimologis islam brasal dari kata aslama  yang berarti “menyerahkan diri”. Secara substansial kata ini mengandung banyak pertanyaan yang dilontarkan kepada Rasulullah oleh seorang tak dikenal. Selanjutnya dengan secara gamblang Rosulullah SAW menjelasakan bahwa kata islam mengandung tiga dimensi dasar yang saling terkait yaitu Iman, Islam, dan Ihsan. Dengan pengertian bahwa seseorang yang menyatakn dirinya sebagai seorang islam dia harus memenuhi trilogi tersebut.[1]
Kata aslama itulah yang menjadi kata islam yang mengandung arti segala arti yang terkandung dalam arti pokoknya. Oleh sebab itu orang yang berserah diri, patuh dan taat, menyerahkan diri kepada Allah SWT. Orang tersebut selanjutnya akan dijamin keselamatannya di dunia dan akhirat.[2]
Sedangkn secara istilah Islam adalah nama bagi suatu agama yang berasal dari Allah SWT. Nama islam demikian itu memiliki perbedaan yang luar biasa dengan agama lainnya. Kata islam tidak mempunyai hubungan dengan orang tertentu atau dari golongan manusia atau dari suatu negeri. Kata islam adalah nama yang diberikan oleh Tuhan sendiri. Hal demikian dapat dipahami dari petunjuk ayat-ayat Al-Quran yang diturunkan oleh Allah SWT
Selanjutnya dilihat dari segi misi ajarannya, islam adalah agama sepanjang sejarah manusia. Agama dari seluruh nabi dan Rosul yang pernah diutus oleh Allah SWT. Pada bangsa-bangsa dan kelompok-kelompok manusia islam itulah agama bagi Adam A.S, Nabi Ibrohim, Nabi Yakub dst. Hal demikin dapat dipahami dri ayat-ayat yangterdapat didalam Al-Quran yang menugaskan bahwa para nabi tersebut termasuk orang yang berserah diri kepada Allah.[3]
2.      Pengertian Epistemologi
Epistemologi, (dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos (kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, karakter dan jenis pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat, misalnya tentang apa itu pengetahuan, bagaimana karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan.
Epistemologi atau Teori Pengetahuan yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya; metode induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis dan metode dialektis.[4]
B.     Sumber Pengetahuan (Wahyu, Akal dan Rasa)
a.       Wahyu
Wahyu berasal dari kata arab Al-Wahyu, artinya “suara”, api dan kecepatan. Disamping itu wahyu juga mengandung makna bisikan, isyarat, tulisan dan kitab. Selanjutnya al-wahyu mengandung arti pemberitahuan secara tersembunyi dan dengan cepat. Namun dari sekian banyak arti itu wahyu lebih dikenal dalam arti “ Apa yang disampaikan Allah kepada para Nabi”. dengan demikian, dalam kata wahyu terkandung arti penyampaian sabda Allah kepada orang pilihan-Nya. Agar diteruskan kepada umat manusia dalam perjalanan hidupnya baik didunia maupun diakhirat nanti. Dalam Islam wahyu atau sabda Tuhan yang disampaikan  kepada Nabi Muhammad, semuanya tersimpan dengan baik dalam Al-Quran.  Al-Quran karena itu, mengandung sabda Tuhan berupa wahyu dalam bahasa arab. Sabda Tuhan dalam Al-Quran tidak hanya dalam isi, tetapi juga dalam kata-katanya. Akal dan wahyu merupakan sakaguru ajaran islam. Namun segera harus ditegaskan bahwa dalam sistem ajaran agama islam, wahyulah yang pertama dan utama.
Karena Allah adalah sumber pengetahuan, maka Allah dapat memberikan ilmu yang dikehendaki-Nya tanpa proses berpikir atau pengamatan empiris menurut Al-Ghazali, ilmu ini tidak diperoleh lewat pengamatan atau pemikiran, tetapi lewat dzanq. Kadang-kadang ilmu ini disebut sebagai “Ilmu Laduni”.
Al-Quran dan As-Sunnah, keduanya merupakan sumber pertama ilmu. Al-Qur’an berkali-kali mengingatkan kita untuk memikirkan ayat-ayat – Nya dan mengambil pelajaran darinya.
b.      Akal
Akal, ratio (Latin) akal (bahasa Arab ‘aqli) budi (Sanskerta) akal budi (persatuan Arab dan Sansekerta) Nous (Yunani) Rasion (Prancis) Reason (Inggris), adalah potensi rohaniah manusia sanggup mengerti mengenai teori realita kosmis.
Dalam epistemologi, juga didapatkan bahwa akal adalah sumber pengetahuan manusia, karena manusia itu pandai berpikir maka ia berpengetahuan dan sekalian pengetahuannya dibentuk oleh pikirannya. Tidaklah mudah membuat definisi akal sebagai sumber pengetahuan.
Akal sebagai sumber pengetahuan dengan indera, saling berhubungan. Akal budi tidak dapat menyerap sesuatu dan panca indera tidak memikirkan sesuatu. Bila keduanya bergabung maka timbullah pengetahuan. Menyerap sesuatu tanpa dibarengi akal budi adalah kebutaan, dan pikiran tanpa isi sama dengan kehampaan. Akal dan indera saling mengisi dalam memperoleh pengetahuan, akal berperan sebagai pengolah apa yang telah diserap oleh indera.
Aktivitas akal sebagai sumber pengetahuan disebut berpikir, berpikir merupakan ciri khas manusia sebagai makhluk yang paling tinggi derajatnya dimuka bumi ini. disini timbul masalah apakah berpikir itu? Secara umum maka setiap perkembangan ide dan konsep dan sebagainya disebut berpikir. Dimana seseorang berpikir sunguh-sungguh takkan membiarkan ide dan konsep yang dipikirkannya berkelana tanpa arah, namun ditujukan pada arah tertentu yaitu pengetahuan.[5]
c.       Rasa
Rasa adalah tanggapan indra terhadap rangsangan saraf, tanggapan hati terhadap sesuatu. Munculnya rasa lebih bersifat jujur, berbeda dengan pikiran. Ketika merasa lapar, pikiran belum tentu sepakat memenuhi kebutuhan atas rasa lapar itu. Jika dikatakan sebuah kesadaran, pikiran dan rasa adalah sebuah kesadaran yang mendua, tergantung kehendak mana yang akan diikuti. Dalam hal ini, manusia senantiasa berada dalam konflik “abadi” antara dua kepentingan yang berbeda pandangan, antara rasa dan pikiran. Rasa dan pikiran memungkinkan untuk bersinergi maupun berkontrakdiksi.[6]

C.      KRITERIA KEBENARAN DALAM EPISTIMOLOGI ISLAM

Diantara kriteria yang harus dipenuhi adalah:
a.       Berdasarkan fakta
b.      Bebas dari prasangka
c.       Menggunakan prinsip-prinsip analisis
d.      Menggunakan hipotesa
e.       Menggunaka ukuran yang objektif
f.       Menggunakan teknik kuantifikasi.

Setelah semua kriteria dipersiapkan barulah muncul langkah berikutnya, yaitu mengerjakan diantaranya:
a.       Memilih dan mendefinisikan masalah
b.      Survey terhadap data yang tersedia
c.       Memformulasikan hipotesa
d.      Membangun kerangka analisa
e.       Mengumpulkan data primer
f.       Mengolah, menganalisa serta membuat interpretasi
g.      Membuat generalisasi dan kesimpulan
h.      Membuat laporan.


Pandangan Islam akan ukuran kebenaran menunjukkan kepada landasan keimanan dan keyakinan terhadap keadilan yang bersumber pada Al-Qur’an. Sebagaiman yang diutarakan oleh Fazrur Rahman : Bahwa semangat dasar dari Al-Qur’an adalah semangat moral, ide-ide keadilan sosial dan ekonomi. Hukum moral adalah abadi, Ia adalah “perintah Allah”. Manusia tak dapat  membuat atau memusnahkan hokum moral : ia harus menyerahkan diri kepadannya.
Pernyataan ini dinamakan Islam dan implementasinnya dalam kehidupan disebut ibadah atau pengabdiaan kepada Allah. Tetapi hukum moral dan nilai-nilai spiritual, untuk bisa dilaksanakan haruslah diketahui.

Dalam kajian epistimologi Islam dijumpai beberapa teori tentang kebenaran :
1.      Teori Korespondensi
Menurut teori ini suatu posisi atau pengertian itu benar adalah apabila terdapat suatu fakta bersesuaian, yang beralasan dengan realistis, yang serasi dengan situasi aktual, maka kebenaran adalah sesuai dengan fakta dan sesuatu yang selaras dengan situasi akal.

2.      Teori Konsistensi
Menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan (judgement) dengan suatu yang lain yaitu fakta atau realistis, tetapi atas hubungan antara putusan-putusan itu sendiri. Dengan kata lain, kebenaran ditegakkan atas hubungan antara putusan-putusan yang baik dengan putusan lainnya. Yang telah kita ketahui dan diakui benar terlebih dahulu, jadi sesuatu itu benar jika hubungan itu saling berkaitan dengan kebenaran sebelumnya.

3.      Teori Prakmatis
Teori ini mengemukakan benar tidaknya suatu ucapan, dalil atau semata-mata tergantung kepada berfaedah tidaknya ucapan, dalil atau teori tersebut bagi manusia untuk berfaedah dalam kehidupannya.


D.    PERANAN DAN FUNGSI PENGETAHUAN DALAM ISLAM
Fungsi pengetahuan dalam Islam disini dapat menjadi inspirasi dan pemberi kekuatan mental yang akan menjadi bentuk moral yang mengawasi segala tingkah laku dan petunjuk jalan hidupnya serta menjadi obat anti penyakit gangguan jiwa.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fungsi pengetahuan dalam islam adalah:
1.      Membuktikan secara otentik sumber dasar, pokok-pokok dan prinsip-prinsip ajaran islam sebagai wahyu dari Allah yang tertuang dalam Al-Qur’an.
2.      Memberikan penjelasan, contoh dan teladan pelaksanaan Agama Islam secara operational dalam sosial budaya umatnya, yang kemudian di kenal dengan sebutan as-sunnah/al-hadist.
3.      Memberikan cara atau metode untuk mengembangkan ajaran Islam secara terpadu dalam kehidupan sosial budaya umat manusia sepanjang sejarah dengan sistem ijtihad.

Secara rinci dapat digambarkan empat fungsi ilmu pengetahuan Islam :
1.      Fungsi deskriptif yaitu menggamarkan/melukiskan dan memaparkan suatu masalah sehingga mudah dipelajari.
2.      Fungsi pengembangan yaitu melanjutkan hasil penemuan yang lalu dan menemuka hasil penemuan yang baru.
3.      Fungsi prediksi yaitu meramalkan kejadian-kejadian yang besar kemungkinan terjadi sehingga manusia dapat mengambil tindakan-tindakan yang perlu usaha menghadapi.
4.      Fungsi kontrol yaitu berusaha mengendalikan peristiwa-peristiwa yang tidak dikehendaki.
IV. KESIMPULAN
Islam adalah agama sepanjang sejarah manusia, agama dari seluruh nabi dan rasul yang pernah diutus oleh Allah SWT. Pada bangsa-bangsa dan kelompok-kelompok manusia islam itulah agama bagi Adam A.S, Nabi Ibrahim, Nabi Ya’qub, dst. Hal demikian dapat dipahami dari ayat-ayat yang terdapat didalam Al-Qur’an yang menegaskan bahwa para Nabi tersebut termasuk orang yang berserah diri kepada Allah.
Epistimologi yaitu cabang filsafat yang secara khusus membahas teori ilmu pengetahuan. Epistimologi bersal dari kata “episteme” yang berarti pengetahuan.
Sumber pengetahuan (Wahyu, Akal, dan Rasa)
  1. a.      Wahyu
Dalam islam wahyu atau Sabda Tuhan yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Semuanya tersimpan dengan baik dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an karena itu, mengandung Sabda Tuhan yang berupa wahyu. Dalam bahasa arab sabda Tuhan dalam Al-Qur’an tidak hanya pada isi, tetapi juga dalam kata-katanya. Akal dan wahyu merupakan saka guru ajaran islam. namun segera ditegaskan bahwa dalam sistem ajaran agama islam wahyulah yang pertama dan utama.
b.      Akal
Pengetahuan akal jelas lebih tinggi dari pada pengetahuan indra menurut Al-Qur’an, fakultas yang mempunyai akal disebut qalbdan fuad.
c.       Indera (Rasa)
Al-Qur’an menjelaskan keterbatasan alat indra untuk memperoleh pengetahuann yang benar. Namun al-qur’an mengancam orang-orang yang tidak menggunakan inderanya untuk memperoleh pengetahuan.
Dalam kajian epistimologi islam di jumpai beberapa teori tentang kebenaran yaitu.
  1. Teori Korespondensi
  2. Teori Konsistensi
  3. Teori Prakmatis
Peran dan fungsi pengetahuan dalam islam ini dapat kita lihat dari 5 (lima) ayat pertama surat Al-Alaq pada ayat tersebut terdapat kata Iqra’ yang diulang sebanyak dua kali, kata tersebut menurt A. Baiqoni selain berarti membaca dalam artian biasa. Juga berarti menelaah, mengobservasi, membandingkan, mengukur, mendeskripsikan, menganalisa dan penyimpulan secara induktif.
V.                PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami susun, besar kemungkinan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik yang konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan guna perbaikan. Dan semoga makalah ini dapat menambah wacana keilmuan kita semua.



VI.             DAFTAR PUSTAKA

  • Nata, Abudin, Metodologi Studi Islam. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000)
  • Syukur, Amin, Metodologi Studi Islam, (Semarang: Gunung Jati Semarang.1998)
  • http://id.wikipedia.org/wiki/Epistemologi




[1]Amin, Syukur. dkk, Metodologi Studi Islam, Semarang: Gunung Jati: Semarang, 1998.hal. 1

[2] Abudin, Nata, Metodologi Study Islam, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2000.hal.62
[3] Ibid.hal 65-66
[4] http://id.wikipedia.org/wiki/Epistemologi(senin,4-11-13(08.10))
[5] http://www.referensimakalah.com/2012/11/akal-sebagai-sumber-pengetahuan.html(senin,4-11-13(08.31WIB)
[6] http://sahlanbahuy.wordpress.com/2013/05/05/ilmu-pengetahuan-rasa-dan-teater-di-sekolah

No comments:

Post a Comment

Misteri kabut

 Tidak masalah  Tanpa masalah  Non masalah  ???