Tuesday 10 November 2015

TITIK SINGGUNG UNSUR PENDIDIKAN DALAM AJARAN AGAMA





TITIK SINGGUNG UNSUR PENDIDIKAN
DALAM AJARAN AGAMA


A.    Pendahuluan
Proses pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi segenap komponen pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Proses pendidikan itu dilaksanakan sangat menentukan kualitas hasil pencapaian tujuan pendidikan. Kualitas proses pendidikan menggejala pada dua segi yaitu kualitas komponen dan kualitas pengelolaannya. Kedua segi tersebut, satu sama lain saling bergantung. Walaupun komponen-komponennya cukup baik, seperti tersedianya sarana dan prasarana serta biaya yang cukup, jika tidak ditunjang dengan pengelolaan yang handal maka pencapaian tujuan tidak akan tercapai secara optimal. Yang menjadi tujuan utama pengelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses belajar dan pengalaman belajar yang optimal.
Batasan mengenai pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam, dan kandungannya berbeda yang satu dari yang lain. Perbedaan tersebut mungkin karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan, atau karena falsafah yang melandasinya. Karena pendidikan secara garis besar merupakan sarana yang paling penting dalam sebuah proses tranformasi budaya. Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Nilai-nilai budaya tersebut mengalami proses transformasi dari generasi tua ke generasi muda. Ada tiga bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab, dan lain-lain.
Selain itu, pendidikan juga Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagi suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik.




B.     Rumusan Masalah
Adapun masalah yang dapat kami ungkapkan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa unsur pendidikan itu?
2. Apakah yang menjadi titik singgung dalam sebuah pendidikan?






C.    Pembahasan
             1. Unsur-unsur Pendidikan dalam Ajaran Agama.
Pendidikan adalah hidup (segala pengalaman belajar yg berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu, suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir) .Serta Pendidikan merupakan segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohani kearah kedewasaan. [1]
Orang-orang Yunani,kurang lebih 600 tahun sebelum Masehi,telah menyatakan bahwa pendidikan ialah usaha membantu manusia menjadi manusia. Ada dua kata yang penting dalam kalimat itu,pertama “membantu” dan kedua “manusia”. Manusia perlu dibantu agar ia berhasil menjadi manusia. Seseorang dapat dikatakan telah menjadi manusia bila telah memiliki nilai (sifat) kemanusiaan. Itu menunjukkan bahwa tidaklah mudah menjadi manusia. Karena itulah sejak dahulu banyak manusia gagal menjadi manusia. Agar tujuan itu dapat dicapai dan agar program dapat disusun maka cirri-ciri manusia yang telah menjadi manusia itu haruslah jelas. .[2]  Dalam proses pendidikan dan pembelajaran pengembangan konsep seyogyanya tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan penanaman nilai-nilai ke dalam diri peserta didik.
1.      Materi Atau Isi Pendidikan
a.      Aqidah
Dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra, bahwa rosulullah saw bersabda:
عن ابنِ عباسٍ رضي الله عنهما ، قَالَ : كنت خلف النَّبيّ صلى الله عليه وسلم يوماً ، فَقَالَ : (( يَا غُلامُ ، إنِّي أعلّمُكَ كَلِمَاتٍ : احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ((2)) ، احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ ، إِذَا سَألْتَ فَاسأَلِ الله ، وإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ باللهِ ، وَاعْلَمْ : أنَّ الأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إلاَّ بِشَيءٍ قَدْ كَتَبهُ اللهُ لَكَ ، وَإِن اجتَمَعُوا عَلَى أنْ يَضُرُّوكَ بِشَيءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إلاَّ بِشَيءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ ، رُفِعَتِ الأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحفُ
(رواه الترمذي) ، وَقالَ : (( حديث حسن صحيح
وفي رواية غيرِ الترمذي : (( احْفَظِ الله تَجِدْهُ أَمَامَكَ ، تَعرَّفْ إِلَى اللهِ في الرَّخَاءِ يَعْرِفكَ في الشِّدَّةِ ، وَاعْلَمْ : أنَّ مَا أَخْطَأكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبكَ ، وَمَا أصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ ، وَاعْلَمْ : أنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ ، وَأَنَّ الفَرَجَ مَعَ الكَرْبِ ، وَأَنَّ مَعَ العُسْرِ يُسْراً )) [3 ].[1]

Terjemahan Hadist: Dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: “Kali tertentu saya berada dibelakang Nabi saw, kemudian beliau bersabda “Hai anak kecil, aku akan mengajarkan kepadamu nbeberapa kalimat, yaitu: “ Jagalah (perintah) Allah niscaya kamu dapati Allah selalu di hadapanmu. Jika engkau minta, mintalah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, maka mintalah pertolongan kepada Allah. Dan ketahuilah, jika umat manusia bersatu untuk memberikan manfaat (kebaikan) kepadamu niscaya mereka tidak akan dapat melakukan hal itu kepadamu kecuali dengan sesuatu hal yang telah ditentukan Allah padamu. Dan jika mereka bersatu hendak mencelakakan dirimu niscaya mereka tidak akan dapat mencelakakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah ditentukan Allah padamu. Telah diangkat pena dan telah keringlah (tinta) lembaran-lembaran itu” (HR. Imam Tirmidzi).
Dan dalam riwayat selain Tirmidzi dikatakan, Rosulullah saw bersabda: “Peliharalah (perintah) Allah niscaya engkau akan menemui-Nya dihadapanmu. Hendaknya engkau mengingat Allah diwaktu lapang (senang, niscaya Allah akan mengingatmu diwaktu susahmu. Ketahuilah, sesungguhnya sesuatu yang seharusnya luput mengenaimu, tentulah sesuatu itu tidak akan mengenaimu. Ketahuilah, sesungguhnya kemenangan itu disertai kesabaran, kesenangan itu ada kesudahan, dan sesudah kesulitan, pasti ada kemudahan”.
Kandungan dan Penjelasan Hadits serta Kaitannya dengan Dunia Pendidikan
Hadits ini mengandung penjelasan tentang ‘aqidah Islam. Rasul menyampaikan pelajaran ini kepada Abdullah ibn ‘Abbas pada usia mudanya. Ini menunjukkan bahwa pendidikan aqidah sudah ditanamkan kepada seseorang sejak ia kecil. Karena usia inilah yang paling tepat untuk menanamkan nilai. Bila nilai itu sudah tertanam, maka kehidupan setelah dewasa dan masa tua banyak dipengaruhi oleh masa muda itu. Sehingga kalaupun seseorang hidup di lingkungan yang sangat jauh dari ajaran Islam, tetapi ideologinya tidak terpengaruh, keyakinannya tidak goyah. Adapun jika penanaman nilai itu terlambat, apalagi setelah kepalanya terisi oleh teori-teori dan doktrin di luar Islam, maka manusia seperti inilah susah untuk disadarkan dan dibimbing ke jalan Islam.
Sayangnya di masyarakat Muslim sekarang yang terjadi justru seperti ini. Sejak kecil anak tidak mendapatkan doktrin Islam, justru yang tertanam di kepalanya adalah doktrin sekuler -yang memisahkan antara dien dari kehidupan- karena ia belajar di sekolah-sekolah sekuler. Bahkan yang lebih parah, anak yang sekolah di sekolah-sekolah missionaris Kristen dan Katolik dengan berbagai sektenya, akidah mereka terancam dan Iman mereka kian hari kian menipis, sampai akhirnya merekapun murtad dari Islam. Betapa teganya seorang ayah memasukkan anaknya ke “sarang harimau” demi mendapatkan pendidikan modern. Sekolah-sekolah missionaries itu bukan hanya tidak memberikan pendidikan Islam kepada anak-anak Muslim, bahkan menjadikan mereka sebagai mangsa untuk penyebaran misi mereka. Sumber-sumber informasi mengatakan, justru anak-anak Muslim itu yang disuruh untuk memimpin doa Kristen di kelasnya.
Rasul Saw mengajarkan kepada Ibnu ‘Abbas, agar senantiasa memelihara aturan-aturan yang sudah ditetapkan oleh Allah Swt, tidak melanggar batasan-batasanNya. Kalau ini dilakukan, niscaya Allah akan memeliharanya juga. Dan jika Allah dijaga dalam arti hukum-hukumNya ditaati, maka pada saat manusia membutuhkan bantuan Allah, maka Allah senantiasa di hadapanNya, menolong kesusahannya, meringankan bebannya.
Pada riwayat lain disebutkan : “Kenalilah Allah di waktu senang, niscaya Dia akan mengenalmu di waktu susah.” Maksudnya bila di waktu senang, manusia tetap ingat pada Allah -dan ini biasanya sulit, karena tabiat manusia, bila senang, ia lupa dengan yang memberi nikmat- maka di waktu susah dan sulit, Allah akan menolongnya.
Pelajaran seperti ini memang sangat tepat diajarkan kepada anak. Psikologi anak mudah menerima pendidikan seperti ini dan dengan bahasa seperti hadits ini. Yang diharapkan darinya ialah, doktrin tersebut tertanam dalam benaknya hingga ia tua. Pada waktu ia dewasa ia tetap teringat bahwa apabila seseorang ingin senantiasa mendapat penjagaan dari Allah maka ia harus juga menjaga Allah Swt dalam kesehariannya.
Rasulullah Saw mengajarkan di dalam hadits ini dasar-dasar ‘aqidah, yaitu tempat meminta hanya kepada Allah Swt. Tempat mengadu hanya Allah Swt. Manusia tidak pantas mengadukan masalahnya kepada manusia apalagi kepada Jin, sementara ia tidak mengadu kepada Zat Yang Menciptakannya. Manusia tak layak meminta bantuan kepada makhluk Allah, apalagi kepada musuh Allah seperti syaitan, padahal kepada Allah ia tidak meminta bantuan. Inilah pelajaran penting dalam aqidah.
Riwayat lain mengenai hadits ini memberikan tambahan penjelasan bahwa hidup ini ibarat berlayar di lautan, kadang airnya tenang, kadang ombaknya besar. Juga ibarat mendaki gunung. Berjalan di gunung tidak selamanya mendaki dan tidak selamanya menurun. Ada waktunya mendaki dan ada waktunya menurun. Hidup ini tidak selamanya konstan. Kesusahan tidak terus menerus. Kesenangan juga tidak selamanya. Oleh karenanya Nabi Saw mengajarkan bahwa kemenangan didapat melalui kesabaran. Di waktu susah, manusia perlu sabar, karena kesusahan itu sementara, tidak bertahan selamanya. Maka berkat kesabaran, Allah akan menurunkan bantuan dan pertolongan. Setelah kesulitan, timbullah kemudahan. Bahkan di dalam riwayat tersebut disebutkan, bahwa kemenangan sering didahului oleh penderitaan. Dan ini benar bila dirasakan dalam kehidupan. Orang yang ingin berhasil dan sukses mencapai cita-citanya, ia harus berjuang menapaki jalan kesuksesan itu dengan segala kepahitan dan penderitaan. Bila ia sabar dalam kepahitan itu, maka di depannya kesuksesan telah menunggu. Tetapi bila ia tidak sabar dan mundur dari jalannya, ia akan gagal untuk meraih cita-citanya.
Pelajaran inilah yang perlu ditanamkan kepada setiap manusia, khususnya anak didik yang masih muda agar ia siap menghadapi kehidupan yang penuh dengan ujian kesabaran dan keadaan yang serba sulit.
1.      Konteks yang Mempengaruhi Pendidikan
·         Alat dan Metode
·         Metode Keteladanan.
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ عَامِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ عَمْرِو بْنِ سُلَيْمٍ الزُّرَقِيِّ عَنْ أَبِي قَتَادَةَ الْأَنْصَارِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّي وَهُوَ حَامِلٌ أُمَامَةَ بِنْتَ زَيْنَبَ بِنْتِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلِأَبِي الْعَاصِ بْنِ رَبِيعَةَ بْنِ عَبْدِ شَمْسٍ فَإِذَا سَجَدَ وَضَعَهَا وَإِذَا قَامَ حَمَلَهَا.
Terjemahan Hadist: Hadis dari Abdullah ibn Yusuf, katanya Malik memberitakan pada kami dari Amir ibn Abdullah ibn Zabair dari ‘Amar ibn Sulmi az-Zarâqi dari Abi Qatadah al-Anshâri, bahwa Rasulullah saw. salat sambil membawa Umâmah binti Zainab binti Rasulullah saw. dari (pernikahannya) dengan Abu al-Ash ibn Rabi’ah ibn Abdu Syams. Bila sujud, beliau menaruhnya dan bila berdiri beliau menggendongnya. (al-Bukhari, 1987, I: 193)
Kandungannya: Hadis di atas tergolong syarîf marfû’ dengan kualitas perawi yang sebagian terdiri dari şiqah mutqinũn, ra’su mutqinũn, şiqah dan perawi bernama Qatadah adalah sahabat Rasulullah saw. (CD Room, Kutub at-Tis’ah).
Menurut al-Asqalâni, ketika itu orang-orang Arab sangat membenci anak perempuan. Rasulullah saw. memberitahukan pada mereka tentang kemuliaan kedudukan anak perempuan. Rasulullah saw. memberitahukannya dengan tindakan, yaitu dengan menggendong Umamah (cucu Rasulullah saw.) di pundaknya ketika salat.
Makna yang dapat dipahami bahwa perilaku tersebut dilakukan Rasulullah saw. untuk menentang kebiasaan orang Arab yang membenci anak perempuan. Rasulullah saw. menyelisihi kebiasaan mereka, bahkan dalam salat sekalipun. (Al-Asqalani, 1379H: 591-592).
Hamd, mengatakan bahwa pendidik itu besar di mata anak didiknya, apa yang dilihat dari gurunya akan ditirunya, karena anak didik akan meniru dan meneladani apa yang dilihat dari gurunya, maka wajiblah guru memberikan teladan yang baik. (al-Hamd, 2002: 27).
Memperhatikan kutipan di atas dapat dipahami bahwa keteladanan mempunyai arti penting dalam mendidik, keteladanan menjadi titik sentral dalam mendidik, kalau pendidiknya baik, ada kemungkinan anak didiknya juga baik, karena murid meniru gurunya. Sebaliknya jika guru berperangai buruk, ada kemungkinan anak didiknya juga berperangai buruk. Rasulullah saw. Merepresentasikan dan mengekspresikan apa yang ingin diajarkan melalui tindakannya dan kemudian menerjemahkan tindakannya ke dalam kata-kata. Bagaimana memuja Allah swt., bagaimana bersikap sederhana, bagaimana duduk dalam salat dan do’a, bagaimana makan, bagaimana tertawa, dan lain sebagainya, menjadi acuan bagi para sahabat, sekaligus merupakan materi pendidikan yang tidak langsung.
Mendidik dengan contoh (keteladanan) adalah satu metode pembelajaran yang dianggap besar pengaruhnya. Segala yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. dalam kehidupannya, merupakan cerminan kandungan Alquran secara utuh. Dengan demikian, keteladanan menjadi penting dalam pendidikan, keteladanan akan menjadi metode yang ampuh dalam membina perkembangan anak didik. Keteladanan sempurna, adalah keteladanan Rasulullah saw, yang dapat menjadi acuan bagi pendidik sebagai teladan utama, sehingga diharapkan anak didik mempunyai figur pendidik yang dapat dijadikan panutan.
Dengan demikian, keteladanan menjadi penting dalam pendidikan, keteladanan akan menjadi metode yang ampuh dalam membina perkembangan anak didik. Keteladanan sempurna, adalah keteladanan Rasulullah saw., yang dapat menjadi acuan bagi pendidik sebagai teladan utama, sehingga diharapkan anak didik mempunyai figur pendidik yang dapat dijadikan panutan.[ 4]
·         Tempat Peristiwa Bimbingan Berlangsung (Lingkaran Pendidikan)
·         Keluarga
Orangtua Harus Memberikan Pendidikan Terbaik
عن جا بربن سمرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: لأن يؤدب الرجل ولده خير له من ان ينصدق بصاع (رواه الترمذ)
Terjemahan Hadist: Dari Jubair bin Samurah RA ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: sungguh bahwa seseorang mendidik anaknya adalah lebih baik dari pada ia bersedekah satu sha”. (H.R. Tirmidzi)
Kandungannya: dari hadist diatas dapat kita simpulkan bahwa kewajiban orang tua kepada anak dalam hal pendidikan sangatlah penting, sebab orang tua tempat pendidikan paling utama seorang anak. Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena hubungan semenda dan sedarah. Perkembangan dan aspirasi individu maupun masyarakat, menyebabkan peran keluarga terhadap pendidikan anak-anaknya juga mengalami perubahan. Keluargalah yang utama berperan baik pada aspek pembudayaan, maupun penguasaan pengetahuan dan keterampilan.
 Menurut Ki Hajar Dewantoro, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan orang-seorang (pendidikan individual) maupun pendidikan sosial. Peran orang tua dalam keluarga sebagai penuntun, sebagai pengajar, dan pemberi contoh mengenai hal-hal yang baik bagi anaknya.
·         Sekolah
حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ هِلاَلٍ الصَّوَّافُ حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ الزِّبْرِقَانِ عَنْ بَكْرِ بْنِ خُنَيْسٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ زِيَادٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ
خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ مِنْ بَعْضِ حُجَرِهِ فَدَخَلَ الْمَسْجِدَ فَإِذَا هُوَ بِحَلْقَتَيْنِ إِحْدَاهُمَا يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ وَيَدْعُونَ اللَّهَ وَالأُخْرَى يَتَعَلَّمُونَ وَيُعَلِّمُونَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلٌّ عَلَى خَيْرٍ هَؤُلاَءِ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ وَيَدْعُونَ اللَّهَ فَإِنْ شَاءَ أَعْطَاهُمْ وَإِنْ شَاءَ مَنَعَهُمْ وَهَؤُلاَءِ يَتَعَلَّمُونَ وَإِنَّمَا بُعِثْتُ مُعَلِّمًا فَجَلَسَ مَعَهُمْ
Terjemahan Hadist: Dari Abdullah bin Umar : Suatu ketika Rasulullah SAW keluar dari kamarnya kemudian memasuki masjid dan beliau melihat dua majelis. Salah satunya sedang membaca Al Qur’an dan Berdoa kepada Allah, dan lainnya sedang belajar dan mengajar, kemudian Beliau bersabda kepada mereka,“Keduanya ssama-sama dalam kebaikan, mereka yang membaca Al Qur’an dan berdoa kepada Allah, jika Allah mengehendaki maka akan mengabulkannya dan jika Allah tidak menghendaki maka tidak akan mengabulkannya. Dan mereka yang sedang belajar, Sesungguhnya aku diutus sebagai pendidik, kemudian Nabi ikut duduk bersama mereka (HR IbnuMajjah.No. 225)
Kandungannya: Di antara tiga pusat pendidikan, sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Karena kemajuan zaman keluarga tidak mungkin lagi memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi generasi muda terhadap iptek. Semakin maju suatu masyarakat semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan masyarakat.
·         Masyarakat
حَدَّثَنَاعَبْدُالرَّزَّاقِ،أَخْبَرَنَادَاوُدُبْنُقَيْسٍ،عَنْأَبِيسَعِيدٍ،مَوْلَىعَبْدِاللهِبْنِعَامِرٍ،قَالَ:سَمِعْتُأَبَاهُرَيْرَةَ،يَقُولُ: قَالَرَسُولُاللهِصَلَّىاللهُعَلَيْهِوَسَلَّمَ:”لَاتَحَاسَدُوا،وَلَاتَنَاجَشُوا،وَلَاتَبَاغَضُوا،وَلَاتَدَابَرُوا،وَلَايَبِعْأَحَدُكُمْعَلَىبَيْعِأَخِيهِ،وَكُونُواعِبَادَاللهِإِخْوَانًا،الْمُسْلِمُأَخُوالْمُسْلِمِ،لَايَظْلِمُهُوَلَايَخْذُلُهُوَلَايَحْقِرُهُ،التَّقْوَىهَاهُنَاوَأَشَارَبِيَدِهِإِلَىصَدْرِهِثَلَاثَمَرَّاتٍ -،حَسْبُامْرِئٍمُسْلِمٍمِنَالشَّرِّأَنْيَحْقِرَأَخَاهُالْمُسْلِمَ،كُلُّالْمُسْلِمِعَلَىالْمُسْلِمِحَرَامٌ: دَمُهُ،وَمَالُهُ،وَعِرْضُهُ “- أحمد مسلم
Terjemahan Hadist: Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata : Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Janganlah kalian saling dengki, saling menipu, saling marah dan saling memutuskan hubungan. Dan janganlah kalian menjual sesuatu yang telah dijual kepada orang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, (dia) tidak menzaliminya dan mengabaikannya, tidak mendustakannya dan tidak menghinanya. Taqwa itu disini (seraya menunjuk dadanya sebanyak tiga kali). Cukuplah seorang muslim dikatakan buruk jika dia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim yang lain; haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya. (HR. Ahmad – Muslim)
Kandungannya: Fungsi masyarakat sebagai pusat pendidikan sangat tergantung pada taraf perkembangan dari masyarakat itu beserta sumber-sumber belajar yang tersedia di dalamnya. Kaitan antara masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga segi, yakni :
·         Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang dilembagakan (jalur sekolah dan jalur luar sekolah) maupun yang tidak dilembagakan (jalur luar sekolah).
·         Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan/atau kelompok sosial di masyarakat, baik langsung maupun tak langsung, ikut mempunyai peran dan fungsi edukatif.
·         Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang dirancang (by design) maupun yang dimanfaatkan (utility). Perlu pula diingat bahwa manusia dalam bekerja dan hidup sehari-hari akan selalu berupaya memperoleh manfaat dari pengalaman hidupnya itu untuk meningkatkan dirinya. Dengan kata lain, manusia berusaha mendidik dirinya sendiri dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar yang tersedia di masyarakatnya dalam bekerja, bergaul, dan sebagainya.

Umar Tirtarahardja dan S.L. La Sulo menjelaskan bahwa  Unsur-unsur dalam proses pendidikan ajaran agama melibatkan banyak hal antara lain[5] peserta didik, pendidik, interaksi edukatif, tujuan pendidikan, materi pendidikan, alat dan metode, serta lingkungan pendidikan.

1.        Subjek yang dibimbing (peserta didik).
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern cenderung menyebutkan demikian oleh karena peserta didik adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya.
Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah:
a)         Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan insan yang unik.
b)         Individu yang sedang berkembang.
c)         Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
d)         Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.

2.        Orang yang membimbing (pendidik)

Yang dimaksud pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masayarakat. Sebab itu yang bertanggung jawab terhadap pendidikan ialah orang tua, guru, pemimpin program pembelajaran, latihan, dan masyarakat.
Pendidik adalah bapak rohani (spiritual father) bagi peserta didik, yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan meluruskan perilakunya yang buruk. Oleh karena itu, pendidik mempunyai kedudukan tinggi dalam islam, kedudukan langsung setelah para nabi. Hal ini sebagaimana yang dikemukaakan oleh Al-Ghazali, bahwa kedudukan guru merupakan kedudukan paling mulia setelah nabi.

3.        Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)

Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif dengan manipulasi isi, metode, serta alat-alat pendidikan.
Alat pendidikan yang dapat digunakan dalam interaksi edukatif adalah nasihat. “Agama adlah nasihat”,sabda beliau. Selain itu, alat pendidikan yang utama dalam pendidikan islam adalah teladan, persahabatan, dan peringatan.

4.        Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan).

Setiap masayarakat, bagaimanapun mempunyai falsafah dan pandangan hidup yang mereka sesuai asas dalam membentuk generasi yang akan datang sebagai generasi pewaris. Adanya berbagai aliran pemikiran filsafat berupa faham-faham menunjukan adanya bukti keragaman pandangan hidup ini. Dan dengan tujuan yang akan dicapai oleh system pendidikan pada prinsip[nya tidak terlepas dari asas falsafah yang mereka anut.
Adapun tujuan pendidikan islam yang sejalan dengan tujuan misi islam itu sendiri yaitu mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga mencapai tingkat akhlakul karimah. Dan tujuan tersebut sama dan sebangun dengan target yang terkandung dengan tugas kenabian yang diemban oleh rosulullah saw yang terungkap dalam pernyataan beliau: “ sesungguhnya aku diutus adalah untuk membimbing manusia mencapai akhlak yang mulia “ (al-hadist). Factor kemuliaan akhlak dalam pendidikan islam dinilai sebagai factor kunci dalam menentukan keberhasilan pendidikan, yang menurut pandangan islam berfungsi menyiapkan manusia-manusia yang mampu menata kehidupan yang sejahtera di dunia dan kehidupan diakhirat.



Dua sasaran pokok yang akan dicapai oleh pendidikan islam yaitu kebahagian dunia dan kesejahteraan akhirat, menguat sisi-sisi penting pada bagian ini dipandang sebagi niali lebih dari pendidikan islam. Nilai lebih tersebut terlihat bahwa system pendidikan islam dirancang agar dapat merangkum tujuan hidup manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan, yang pada hakikatnya tunduk pada hakikat penciptaannya. Pertama, tujuan pendidikan islam itu bersifat fitrah yaitumemebing perkembangan manusia sejalan dengan fitrah kejadiannya. Kedua, tujuan pendidikan islam merentang dua dimensi, yaitu tujuan akhir bagi keselamatan hdup di dunia dan di akhirat. Ketiga, tujuan penddikan islam mengandung nilai-niali yang bersifat universal yang tidak terbatas oleh ruang lingkup geografis dan paham-paham tertentu.

5.        Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)

Materi pendidikan islam yang diberikan anak didik disesuaikan dengan tjuan pendidikan yang akan dicapai, yang membentuk aklak yang mulia dalam kaitannya dengan hakikat penciptaan manusia dalam hal ini maka dalam pengertian luas, materi (kurikulum) untuk pendidikan seumur hidup, sebagai realisasi tuntunan nabi “tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang kubur” (al-hadist).
Adapun yang menjadi inti dari materi kurikulum pendidikan islam itu sendiri adalah bahan-bahan, aktivitas dan pengalaman yang mengandung unsure ketauhidan. Selain itu materi kurikulum dalam pendidikan islam meliputi tunmtutan untuk mematuhi hokum-hukum allah. Tanpaknya secara prinsipil materi (kurikululm) pendidikan islam tidak terlepas dari keterkaitannya dengan ajaran agam itu sendiri. Materi dalam pendidikan islam mengandung ajaran-ajaran agama, baik dalam bidang tauhid, akhlak, ibadah maupun muamalah.


2. Titik singgung sebuah pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar yang teratur dan sistematis yang dilakukan oleh orang tua yang di serahi tanggung jawab untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifat-sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan.  Lingkungan yang nyaman dan mendukung terselenggaranya suatu pendidikan amat dibutuhkan dan turut berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan. Demikian pula dalam sistem pendidikan Islam, lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sesuai dengan karakteristik pendidikan Islam itu sendiri.

Dalam literatur pendidikan, lingkungan biasanya disamakan dengan institusi atau lembaga pendidikan. Meskipun kajian ini tidak dijelaskan dalam al-Qur’an secara eksplisit, akan tetapi terdapat beberapa isyarat yang menunjukkan adanya lingkungan pendidikan tersebut. Oleh karenanya, dalam kajian pendidikan Islam pun, lingkungan pendidikan mendapat perhatian.

Lingkungan pendidikan adalah suatu institusi atau kelembagaan di mana pendidikan itu berlangsung. Lingkungan tersebut akan mempengaruhi proses pendidikan yang berlangsung. Dalam beberapa sumber bacaan kependidikan, jarang dijumpai pendapat para ahli tentang pengertian lingkungan pendidikan Islam.

Menurut Abuddin Nata, kajian lingkungan pendidikan Islam (Tarbiyah Islamiyah) biasanya terintegrasi secara implisit dengan pembahasan mengenai macam-macam lingkungan pendidikan. Namun demikian, dapat dipahami bahwa lingkungan pendidikan Islam adalah suatu lingkungan yang di dalamnya terdapat ciri-ciri ke-Islaman yang memungkinkan terselenggaranya pendidikan Islam dengan baik.

Lingkungan pendidikan sangat dibutuhkan dalam proses pendidikan, sebab lingkungan pendidikan tersebut berfungsi menunjang terjadinya proses belajar mengajar secara aman, nyaman, tertib, dan berkelanjutan. Dengan suasana seperti itu, maka proses pendidikan dapat diselenggarakan menuju tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan.

Pada periode awal, umat Islam mengenal lembaga pendidikan berupa kutab yang mana di tempat ini diajarkan membaca dan menulis huruf al-Qur’an lalu diajarkan pula ilmu al-Qur’an dan ilmu-ilmu agama lainnya. Begitu di awal dakwah Rasulullah SAW, ia menggunakan rumah Arqam sebagai institusi pendidikan bagi sahabat awal (assabiqunal awwalun). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan Islam mengenal adanya rumah, masjid, kutab, dan madrasah sebagai tempat berlangsungnya pendidikan, atau disebut juga sebagai lingkungan pendidikan.

Pada perkembangan selanjutnya, institusi pendidikan ini disederhanakan menjadi tiga macam, yaitu keluarga disebut juga sebagai salah satu dari satuan pendidikan luar sekolah sebagai lembaga pendidikan informal, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, dan masyarakat sebagai lembaga pendidikan non formal. Ketiga bentuk lembaga pendidikan tersebut akan berpengaruh terhadap perkembangan dan pembinaan kepribadian pesertadidik.

Menurut Wahyudi yang menjadi titik singgung sebuah pendidikan adalah sebagai berikut: [6]

1.      Lingkungan yang nyaman dan mendukung harus sesuai situasi dan kondisi dalam pendidikan baik keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

2.      Tujuan pendidikan yang diinginkan.

3.      Ajaran agama dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat tersebut.

4.      Visi dan Misi dalam sebuah pendidikan tersebut.

 

 

Menurut kami Terdapat titik singgung unsur-unsur pendidikan islam dalam ajaran agama, yaitu menyangkut peserta didik, pendidik, tujuan, interaksi edukatif dan materi pendidikan.Titik singgung peserta didik dalam ajaran agama adanya penghargaan terhadap fitrah manusia.Titik singgung pendidik dalam ajaran agama adalah bahwa pendidik adalah orang yang serahi tanggung jawab dan amanat pendidikan oleh agama, dan wewenang pendidik.Titik singgung tujuan pendidikan dalam ajaran agama adalah tujuan pendidikan islam yang sejalan dengan tujuan isi islam itu sendiri, yaitu mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga mencapai akhlakul karimah.

Titik singgung interaksi edukatif dalam ajaran agama adalah penggunaan metode dan alat-alat pendidikan yang sesuai dengan ajaran agama, seperti metode nasihat dan keteladanan.Titik singgung materi pendidikan dalam ajaran agama adalah bahwa materi yang disampaikan dalam pendidikan meliputi ajaran-ajaran yang terkandung dalam agama, baik dalam bidang tauhid, akhlak, ibadah maupun muamalah.

 

 

 

6.  http://yuyutwahyudi.blogspot.com/2010/07/titik-singgung-unsur-unsur-pendidikan.html

 

[4]

D.     Kesimpulan

Dari makalah yang penulis paparkan di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:
1.        Unsur-unsur pendidikan adalah segala yang menjadi bagian dari pada pendidikan itu sendiri yang memuat beberapa bagian-bagian penting antara subyek dan obyek pendidikan dalam ranah agama maupun public, Unsur- unsure pendidikan diantaranya adalah:Subjek yang dibimbing (peserta didik), Orang yang membimbing (pendidik), Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif), Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan), Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan), Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode), Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan)
2.        Yang menjadi titk singgung daripada unsure pendidikan adalah keterkaitan diantara satu unsure dengan unsure yang lain, yaitu dimana antara satu unsure dengan unsure yang lain yaitu mempunyai satu titik temu yang sentral yaitu pendidikan itu sendiri.
















DAFTAR PUSTAKA

Tafsir,Ahmad,Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT REMAJA ROSDA KARYA, 2006.

Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo, 2005,  Pengantar Pendidikan,  Jakarta: Rineka Cipta.



Imam Nawawi, Terjemahan Riyadhus Shalihiin, Jakarta: Pustaka Amani, 1999.
Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1996.



[1]. http://www.tugaskuliah.info/2009/12/makalah-pengertian-dan-unsur-unsur.html
2. Tafsir,Ahmad,Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA,2006), 33
3. Imam Nawawi, Terjemahan Riyadhus Shalihiin, (Jakarta: Pustaka Amani, 1999 )Jilid 1, hlm. 90

4. Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
5. Tirtarahardja,Umar dan S.L. La Sulo,2005,Pengantar Pendidikan, (Jakarta:Rineka Cipta), 75

No comments:

Post a Comment

Misteri kabut

 Tidak masalah  Tanpa masalah  Non masalah  ???