Monday 9 November 2015

Makalah Filsafat Pendidikan Islam

PENGERTIAN, RUANG LINGKUP DAN PERANAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

A.    PENDAHULUAN

Dari zaman dahulu sampai sekarang, manusia tidak terlepas dari masalah-masalah atau pertanyaan-pertanyaan tentang kehidupan yang mengganggu pikirannya. Tentu saja untuk mengatasi hal tersebut, manusia perlu mencari jawaban yang bisa memecahkan atau menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Dalam hal ini diperlukan logika atau nalar manusia yang membuat masalah tersebut terpecahkan yang mana disebut dengan berfilsafat.
Mengingat dominasi penggunaan nalar manusia dalam berfilsafat, maka kebenaran yang dihasilkannya didasarkan atas penilaian kemampuan maksimal menurut nalar manusia. Namun, karena nalar manusia bersifat terbatas, maka kebenaran yang didapat bersifat relatif.
Filsafat dibutuhkan manusia dalam upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam berbagai lapangan kehidupan. Jawaban itu merupakan hasil pemikiran yang sistematis, integral, menyeluruh, dan mendasar. Jawaban seperti itu digunakan untuk mengatasi masalah-masalah yang menyangkut berbagai bidang kehidupan manusia, termasuk pendidikan.
Filsafat dapat dikatakan sebagai usaha untuk memahami atau mengerti semesta dalam hal makna (hakikat) dan nilai-nilainya (esensi) yang tidak cukup dijangkau hanya dengan panca indera manusia sekalipun. Bidang filsafat sangatlah luas dan mencakup secara keseluruhan sejauh dapat dijangkau oleh pikiran. Filsafat berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang asal mula dan sifat dasar alam semesta tempat manusia hidup serta apa yang merupakan tujuan hidupnya.

B.     RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang kami bahas adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana pengertian filsafat pendidikan islam
2.      Bagaimana ruang lingkup filsafat pendidikan islam
3.      Bagaimana peranan filsafat pendidikan islam

C.    PEMBAHASAN

1.      Pengertian Filsafat Pendidikan Islam
Kata “filsafat” berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu dari kata “philos” dan “shopia”. Philos artinya cinta yang sangat mendalam, dan shopia artinya kearifan atau kebijakan. Jadi, arti filsaafat secara harfiah adalah cinta yang sangat mendalam terhadap kearifan atau kebijakan. Istilah filsafat sering dipergunakan secara popular dalam kehidupan sehari-hari, baik secara sadar maupun tidak sadar. Dalam penggunaan secara popular, filsafat dapat diartikan sebagai suatu pendirian hidup (individu), dan dapat juga disebut pandangan hidup (masyarakat).[1]
Pengertian filsafat menurut para filosof antara lain, menurut Plato ialah “pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran asli.” Menurut Aristoteles mengartikan filsafat sebagai “ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang tergabung di dalamnya metafisika, logika, retorika, ekonomi, politik, dan estetika.” Sedangkan menurut Al-Farabi memaknai filsafat sebagai “pengetahuan tentang hakikat sebagai yang sebenarnya”. Immanuel Kant mengartikan filsafat sebagai “pengetahuan yang menjadi pangkal pokok segala pengetahuan yang tercakup di dalamnya: apa yang dapat diketahui (metafisika), apa yang seharusnya diketahui (etika), sampai di mana harapan kita (agama), apa itu manusia (antropologi).”[2]
Orang-orang Yunani, lebih kurang 600 tahun SM, telah menyatakan bahwa pendidikan ialah uasaha membantu manusia menjadi manusia. Ada dua kata yang penting dalam kalimat itu, pertama “membantu” dan kedua “manusia”. Manusia perlu dibantu agar ia berhasil menjadi manusia. Seseorang dapat dikatakan telah menjadi manusia bila telah memiliki nilai (sifat) kemanusiaan. Itu menunjukkan bahwa tidaklah mudah menjadi manusia. Karena itulah sejak dahulu banyak manusia gagal menjadi manusia. Jadi, tujuan mendidik ialah me-manusia-kan manusia. Agar tujuan itu dapat dicapai dan agar program dapat disusun maka cirri-ciri manusia yang telah menjadi manusia itu haruslah jelas.[3]
Makna pendidikan dapat dilihat dalam pengertian secara khusus dan pengertian secara luas. Dalam arti khusus, Langeveld mengemukakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaanya. Dalam arti luas, pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam GBHN 1973 dikemukakan pengertian pendidikan bahwa, “pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia, yang dilaksanakan didalam maupun diluar sekolah, dan berlangsung seumur hidup”.[4]
Lebih lanjut, Soegarda Poerwakawatja menguraikan bahwa pengertian pendidikan dalam arti yang luas sebagai semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuan, pengalaman, kecakapan, dan keterampilannya kepada generasi muda, sebagai usaha menyiapkan generasi muda agar dapat memahami fungsi hidupnya, baik jasmani maupun rohani. Upaya ini dimaksudkan agar dapat meningkatkan kedewasaan dan kemampuan anak untuk memikul tanggung jawab moral dari segala perbuatannya. Proses pendidikan adalah proses perkembangan yang bertujuan. Dan tujuan dari proses perkembangan itu secara alamiah ialah kedewasaan, kematangan, dari kepribadian manusia. Dengan demikian, jelaslah bahwa pengertian pendidikan itu erat kaitannya dengan masalah yang dihadapi dalam kehidupan manusia.[5]
Filsafat pendidikan menurut Al-Syaibany adalah “pelaksanaan pandangan falsafah dan kaidah falsafah dalam bidang pendidikan. Filsafat itu mencerminkan satu dari segi pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan kepada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan-kepercayaan yang menjadi dasar dari falsafah umum dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan secara praktis”. Selanjutnya Al-Syaibany berpandangan bahwa filsafat pendidikan, seperti halnya filsafat umum, berusaha mencari yang hak dan hakikat serta masalah yang berkaitan dengan proses pendidikan. Filsafat pendidikan berusaha untuk mendalami konsep-konsep pendidikan dan memahami sebab-sebab yang hakikidari masalah pendidikan. Filsafat pendidikan berusaha juga membahas tentang segala yang mungkin mengarahkan proses pendidikan.[6]
Pendidikan islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.[7] Pedidikan Islam juga bisa diartikan bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan himah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.
Menurut Marimba, sebagaimana dikutip Bawani, Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani-rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.
Menurut definisi ini, ada tiga faktor yang mendukung pendidikan Islam. Pertama, harus ada usaha untuk mengembangkan potensi jasmani dan rohani yang dididik secara seimbang. Kedua, usaha tersebut didasarkan pada ajaran Islam, terutama didasarkan pada al-Qur’an dan al-Hadits. Ketiga, usaha tersebut bertujuan agar yang dididik pada akhirnya memiliki kepribadian utama menurut ukuran Islam yang jelas. Maka pendidikan Islam itu adalah membimbing orang yang dididik dengan berdasarkan ajaran Islam.[8]
Dengan terungkapnya beberapa definisi tentang pendidikan Islam dan pendidikan itu sendiri maka dapatlah kiranya menunjukkan kepada sebuah pengertian tentang Filsafat Pendidikan Islam, yaitu seperti yang dinyatakan oleh Abdul Munir Mulkhan, bahwa Filsafat Pendidikan Islam adalah usaha mencari asas-asas fundamental pendidikan Islam.[9]
Filsafat Pendidikan Islam juga bisa diartikan sebagai studi tentang pandangan filosofis dari sistem dan aliran filsafat dalam Islam terhadap masalah-masalah kependidikan dan bagaimana pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan manusia Muslim dan umat Islam. Di samping itu, Filsafat Pendidikan Islam juga merupakan studi tentang penggunaan dan penerapan metode dan sistem filsafat Islam dalam memecahkan problematika pendidikan umat Islam, dan selanjutnya memberikan arah dan tujuan yang jelas terhadap pelaksanaan pendidikan umat Islam.[10]
Dari beberapa definisi di atas dapat pemakalah simpulkan bahwasannya Filsafat Pendidikan Islam adalah “usaha untuk membimbing manusia secara mendalam, baik itu jasmani maupun rohani berdasarkan agama Islam supaya terbentuk pribadi yang utama sesuai dengan ajaran Islam”.

2.      Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam
Filsafat pendidikan Islam merupakan pengetahuan yang memperbincangkan masalah-masalah pendidikan Islam. Ruang lingkup filsafat pendidikan tidak akan jauh dari beberapa hal di bawah ini:
a.       Hakikat para pendidik dan anak didik.
b.      Hakikat materi pendidikan dan metode penyampaian materi.
c.       Hakikat tujuan pendidikan dan alat-alat pendidikan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan.
d.      Hakikat model-model pendidikan.
e.       Hakikat lembaga formal dan nonformal dalam pendidikan.
f.       Hakikat sistem pendidikan.
g.      Hakikat evaluasi pendidikan.
h.      Hakikat hasil-hasil pendidikan.[11]
Dalam filsafat pendidikan Islam, selain ruang lingkup yang diterangkan di atas, terdapat substansi pendidikan yang sangat penting, bahkan menentukan nilai sebuah proses pendidikan, yaitu:
a.       Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai sumber ajaran dalam pendidikan Islam.
b.      Akhlak Nabi Muhammad SAW yang dapat dijadikan sebagai pelajaran berharga untuk membentuk akhlak anak didik.
c.       Keimanan kepada seluruh ajaran Islam yang dapat diterima oleh hati dan akal yang sehat.
d.      Kehidupan dunia yang oleh ajaran Islam dibebaskan pengembangannya.
e.       Alam semesta yang diciptakan untuk kemakmuran manusia.
f.       Baik dan buruk.
g.      Pahala dan dosa.
h.      Ikhtiar dan takdir yang menjadi bagian dari rencana kehidupan manusia dan kehendak Allah SWT yang pasti adanya.[12]
Dari penjelasan di atas dapat ditarik pemahaman bahwa ruang lingkup filsafat pendidikan Islam berkaitan dengan pendekatan yang diterapkan adalah sebagai berikut:
a.       Ontologi ilmu pendidikan, yang membahas hakikat substansi dan pola organisasi ilmu pendidikan Islam.
b.      Epistemologi ilmu pendidikan, yang membahas hakikat objek formal dan materi ilmu pendidikan Islam.
c.       Metodologi ilmu pendidikan, yang membahas hakikat cara-cara kerja dalam menyusun ilmu pendidikan Islam.
d.      Aksiologi ilmu pendidikan, yang membahas hakikat nilai kegunaan teoritis dan praktis ilmu pendidikan Islam.[13]

3.      Peranan Filsafat Pendidikan Islam
Peranan filsafat pendidikan Islam adalah harus mampu menjawab segala permasalahan dalam bidang pendidikan, baik yang berkaitan dengan system cara pengajarannya dan lain sebagainya, sebagaimana disebutkan oleh Omar Mohammad al-Taumy al-Syaibany, bahwa filsafat pendidikan Islam harus mampu memberikan kemanfaatan bagi khasanah pendidikan Islam berupa:
a.       Membantu para perancang dan pelaksana pendidikan dalam membentuk pemikiran yang benar terhadap proses pendidikan.
b.      Memberi dasar bagi pengkajian pendidikan secara umum dan khusus.
c.       Menjadi dasar penilaian pendidikan secara menyeluruh.
d.      Memberi sandaran intelektual, bimbingan bagi pelaksana pendidikan untuk menghadapi tantangan yang muncul dalam bidang pendidikan, sebagai jawaban dari setiap permasalahan yang timbul dalam bidang pendidikan.
e.       Memberikan pendalaman pemikiran tentang pendidikan dan hubungannya dengan faktor-faktor spiritual, kebudayaan, sosial, ekonomi, politik dan berbagai kehidupan lainnya.[14]
Senada dengan pendapat di atas, Zuhairini juga menyampaikan dan mengklasifikasikan tentang beberapa faktor yang menjadi peran dan tanggung jawab filsafat pendidikan Islam dalam memberikan solusi kepada permasalahan pada dunia pendidikan Islam. Filsafat pendidikan Islam memberikan alternatif-alternatif pemecahan terhadap problem-problem yang dihadapi oleh pendidikan Islam, antara lain:
a.       Filsafat pendidikan Islam menunjukkan problem yang dihadapi oleh pendidikan Islam, sebagai hasil dari pikiran yang mendalam dan berusaha untuk memahami duduk masalahnya. Dengan analisa filsafat maka filsafat pendidikan Islam bisa menunjukkan alternatif-alternatif pemecahannya.
b.      Filsafat pendidikan Islam memberikan pandangan tertentu tentang manusia. Pandangan tentang hakikat manusia tersebut berkaitan dengan tujuan hidup manusia dan sekaligus juga merupakan tujuan pendidikan menurut Islam. Sehingga filsafat pendidikan Islam berperan menjabarkan tujuan umum pendidikan Islam dalam bentuk tujuan khusus yang operasional. Dan tujuan yang operasional ini berperan untuk mengarahkan secara nyata gerak dan aktivitas pelaksanaan pendidikaan.
c.       Filsafat pendidikan Islam dengan analisanya terhadap hakikat hidup dan kehidupan manusia, berkesimpulan bahwa manusia mempunyai potensi pembawaan yang harus ditumbuhkan dan diperkembangkan. Filsafat pendidikan Islam menunjukkan bahwa potensi pembawaan manusia tidak lain adalah sifat-sifat Tuhan, atau al asma’ al-husna, dan dalam mengembangkan sifat-sifat Tuhan tersebut dalam kehidupan kongret, tidak boleh mengarah pada menodai dan merendahkan nama dan sifat Tuhan tersebut. Hal ini akan memberikan petunjuk pembinaan kurikulum yang sesuai dan pengaturan lingkungan yang diperlukan.
d.      Filsafat pendidikan Islam, dalam analisanya terhadap masalah-masalahnpendidikan Islam masa kini yang dihadapinya, akan dapat memberikan informasi apakah proses pendidikan Islam yang berjalan selama ini mampu mencapai tujuan pendidikan Islam yang ideal atau tidak. Dapat merumuskan di mana letak kelemahannya dan dengan demikian bisa memberikan alternatif-alternatif perbaikan pengembangannya.   
Dari beberapa peran di atas, belumlah mewakili secara universal, karena sebagaimana kita ketahui bersama bahwa aspek pendidikan Islam sangatlah luas. Di situ tentu ada beberapa celah yang belum terwakili yang itu juga menjadi peran filsafat pendidikan Islam. Akan tetapi bisa ditarik kesimpulan mengenai peran filsafat pendidikan Islam, di antaranya berperan menghasilkan teori-teori baru dalam dunia pendidikan Islam dan bagaimana filsafat pendidikan Islam juga bisa mengembangkan serta memberikan paradigma baru tentang pelaksanaan pendidikan Islam.[15]

D.    PENUTUP

1.      Filsafat pendidikan islam adalah “usaha untuk membimbing manusia secara mendalam, baik itu jasmani maupun rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam supaya terbentuk pribadi yang utama sesuai dengan ajaran Islam”.
2.      Ruang lingkup filsafat pendidikan islam berkaitan dengan pendekatan yang diterapkan adalah sebagai berikut:
a.        Ontologi ilmu pendidikan, yang membahas hakikat substansi dan pola organisasi ilmu pendidikan Islam.
b.      Epistemologi ilmu pendidikan, yang membahas hakikat objek formal dan materi ilmu pendidikan Islam.
c.       Metodologi ilmu pendidikan, yang membahas hakikat cara-cara kerja dalam menyusun ilmu pendidikan Islam.
d.      Aksiologi ilmu pendidikan, yang membahas hakikat nilai kegunaan teoritis dan praktis ilmu pendidikan Islam.
3.      Peranan filsafat pendidikan islam adalah memberikan kemanfaatan bagi khasanah pendidikan Islam berupa:
a.       Membantu para perancang dan pelaksana pendidikan dalam membentuk pemikiran yang benar terhadap proses pendidikan.
b.      Memberi dasar bagi pengkajian pendidikan secara umum dan khusus.
c.       Menjadi dasar penilaian pendidikan secara menyeluruh.
d.      Memberi sandaran intelektual, bimbingan bagi pelaksana pendidikan untuk menghadapi tantangan yang muncul dalam bidang pendidikan, sebagai jawaban dari setiap permasalahan yang timbul dalam bidang pendidikan.
e.       Memberikan pendalaman pemikiran tentang pendidikan dan hubungannya dengan faktor-faktor spiritual, kebudayaan, sosial, ekonomi, politik dan berbagai kehidupan lainnya.

















DAFTAR PUSTAKA


Aziz, Abd., Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta: Teras, 2009
Basri, Hasan, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2009
Jalaluddin, Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013
Mulkhan, Abdul Munir, Paradigma Intelektual Muslim; Pengantar Filosofis Pendidikan islam        dan Dakwah, Yogyakarta: Sipres, 1993
Nur Uhbiyati, Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 1997
Sadulloh, Uyoh, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2014
Soegiono, Tamsil Muis, Filsafat Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012
Tafsir, Ahmad, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010




[1]  Uyoh Sadulloh,Pengantar Filsafat Pendidikan,(Bandung: Alfabeta, 2014), 16.
[2]  Soegiono, Tamsil Muis, Filsafat Pendidikan,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 5-6.
[3]  Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), 33.
[4]  Uyoh Sadulloh,Pengantar Filsafat Pendidikan,(Bandung: Alfabeta, 2014), 54-56.
[5]  Jalaluddin, Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), 8.
[6]  Uyoh Sadulloh,Pengantar Filsafat Pendidikan,(Bandung: Alfabeta, 2014), 71-72.
[7]  Nur Uhbiyati, Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 9.
[8]  Abd. Aziz, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2009), 11.
[9] Abdul Munir Mulkhan, Paradigma Intelektual Muslim; Pengantar Filosofis Pendidikan islam dan Dakwah,  (Yogyakarta: Sipres, 1993), 69.
[10] Abd. Aziz, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2009), 12.
[11] Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), 15.  
[12] Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), 16.
[13] Hasan Basri, 18 .
[14] Abd. Aziz, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2009), 27.
[15] Abd. Aziz, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2009), 28-29.

4 comments:

Misteri kabut

 Tidak masalah  Tanpa masalah  Non masalah  ???