PENDIDIKAN
ISLAM DI INDONESIA PADA MASA REFORMASI
A.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan faktor penting yang mempunyai andil besar dalam memajukan
suatu bangsa, bahkan peradaban manusia. Tujuan pendidikan itu merupakan tujuan
dari negara itu sendiri. Pendidikan yang rendah dan berkualitas akan terus
mengundang para penjajah, baik penjajahan secara fisik maupun non fisik,
seperti penjajahan intelektual, pemikiran, ekonomi, sosial, politik dan agama. [1]
Bangsa Indonesia merdeka setelah proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945.
Kemerdekaan ialah terbebasnya suatu bangsa dari belenggu penjajahan. Mengamati
perjalanan sejarah pendidikan Islam pada masa penjajahan Belanda dan Jepang
sungguh menarik dan memiliki proses yang amat panjang. Belanda yang menduduki
Indonesia selama 3 ½ abad dan Jepang selama 3 1/ 2 tahun meninggalkan
kesengsaraan, mental dan kondisi psikologis yang lemah. Dengan misi gold, glory
dan gospelnya mereka mempengaruhi pemikiran dan iedeologi dengan
doktrin-doktrin Barat.[2]
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian reformasi.
2. Bagaimana Pendidikan Islam Di
Indonesia pada masa Reformasi.
3. Bagaimana tujuan setiap jenjang Pendidikan Islam pada Masa
reformasi.
C.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Reformasi
Sebagian menganggap bahwa reformasi sudah tercapai manakala
penyelenggara negara yang sudah 32 tahun berhenti, sehingga bagi mereka
mundurnya Presiden Soeharto pada hari kamis, 21 mei 1998 merupakan puncak
kemenangan. Ada yang memandang reformasi sebagai upaya pembersihan penyakit KKN
dan kawan-kawan, sehingga identik dengan penciptaan pemerintahan yang bersih
dan berwibawa. Reformasi juga diartikan perubahan terhadap semua sistem
kepemerintahan secara Totalitas.
Pendidikan Islam di Indonesia dari berbagai karya tentang
pendidikan Islam yang sempat di telaah oleh Azra (1999), menunjukkan bahwa
kajian pemikiran dan teori kependidikan Islam di Indonesia memiliki beberapa
kecenderungan, yaitu:
a.
Mendekatinya secara sangat normative dan idealistik yang
kadang-kadang justru mengaburkan kajian atau konteksnya dengan Pemikiran Islam
itu sendiri.
b.
Mengadopsi filsafat, pemikiran, dan teori-teori kependidikan
Barat, tanpa kritisisme yang memadai bahkan hampir terjadi pengambilan
mentah-mentah.
c.
Memberi lagi timasi terhadap pemikiran dan filsafat
pendidikan Barat dengan ayat Al-Qur’an dan Hadits tertentu, sehingga menjadi
titik tolak adalah pemikiran kependidikan Barat (bukan pemikiran kependidikan
Islam), yang belum tentu kontekstual dan relevan dengan pemikiran kependidikan
Islam.
d.
Pemikiran kependidikan Islam atau relevan dengannya yang
dikembangkan para ulama, pemikir-pemikir dan filosof muslim sedikit sekali
diungkapkan dan dibahas. Indonesia yang masyarakat penduduknya beragama Islam
ternyata belum mampu menumbuhkan budaya teknologi dan deversifkasi sumber
budaya manusia. Hal ini dapat terjadi di samping masalah strategi pendidikan
yang belum sepenuhnya mengarah pada penuasaan teknologi tinggi. Kondisi sosial
ekonomi bangsa Indonesia masih banyak berantung pada beberapa aspek, seperti
sumber daya alam. Penyebaran pendudukan dan kesejahteraan yang belum merata.
Oleh sebab itu, pendidikan Islam Indonesia pada masa kini memerlukan suaru arientasi baru sebagai uapay terhadap perubahan kearah pengembangan teknologi atau merombak pola pikir pendidikan Islam. Adapun lembaga pendidikan Islam secara struktur Intelektual masa akan datang masih sama seperti yang ada pada saat sekarang yaitu:
Oleh sebab itu, pendidikan Islam Indonesia pada masa kini memerlukan suaru arientasi baru sebagai uapay terhadap perubahan kearah pengembangan teknologi atau merombak pola pikir pendidikan Islam. Adapun lembaga pendidikan Islam secara struktur Intelektual masa akan datang masih sama seperti yang ada pada saat sekarang yaitu:
1.
Pendidikan model Pondok Pesantren.
2.
Pendidikan Madrasah.
3.
Pendidikan umum yang bernafaskan Islam.
4.
Pendidikan umum yang mengajarkan mata pelajaran/kuliah agama
Islam. Dua yang pertama tidak menuntut penjelasan. Sementara yang terakhir
dapat menumbuhkan pemahaman yang tumpang tindih. Jenis ketiga dapat dijelaskan
dengan contoh: seperti AMP Al-Irsyad, SMA Muhammadiyah dan Universitas Islam
Indonesia, sementara jenis yang keempat dapat dijelaskan dengan contoh: seperti
SMP PGRI, SMU Negeri dan UGM. Pada tingkat tinggi, depag telah menyelenggarakan
program pembibitan dosen bagi para lulusan IAIN. Program MA dan Ph. D di
Universitas terkemuka di negara-negara Barat. Setelah mereka kembali ke
Indonesia, mereka direkrut sebagai dosen di Program Pascaserjana, alasan
pengiriman pada lulusan IAIN adalah sederhana yaitu untuk mengintegrasikan
Intelektualisme Islam dengan Intelektualisme nasional. Bila para ekonomi,
sosial, sarjanawan dan lain-lainnya dapat didik di barat, mengapa Intelektual
Islam tidak bisa dilaksanakan dan tidak terlalu bergantung dengan cendekiawan
Muslim di Timur tengah saja.
B.
Pendidikan Islam Di Indonesia pada Masa
Reformasi
Program peningkatan mutu pendidikan
yang ditargetkan oleh pemerintah Orde Baru akan mulai berlangsung pada Pelita
VII terpaksa gagal, krisis ekonomi yang berlangsung sejak medio Juli 1997 telah
mengubah konstelasi politik maupun ekonomi nasional. Secara politik, Orde Baru
berakhir dan digantikan oleh rezim yang menamakan diri sebagai “Reformasi
Pembangunan” meskipun demikian sebagian besar roh Orde Reformasi masih tetap
berasal dari rezim Orde Baru, tapi ada sedikit perubahan, berupa adanya
kebebasan pers dan multi partai.
Dalam bidang pendidikan kabinet reformasi hanya melanjutkan program wajib belajar 9 tahun yang sudah dimulai sejak tahun 1994 serta melakukan perbaikan sistem pendidikan agar lebih demokratis.[3]
Dalam bidang pendidikan kabinet reformasi hanya melanjutkan program wajib belajar 9 tahun yang sudah dimulai sejak tahun 1994 serta melakukan perbaikan sistem pendidikan agar lebih demokratis.[3]
Beberapa hal yang menyebabkan program
pembangunan pemerintah dalam sektor pendidikan belum terpenuhi secara maksimal.
1.
Distribusi pembangunan sektor pendidikan kurang menyentuh
lapisan
sosial kelas
bawah.
2.
Kecenderungan yang kuat pada wilayah pembangunan yang
bersifat
fisik material,
sedangkan masalah-masalah kognitif spiritual belum
mendapatkan pos
yang strategis.
3.
Munculnya sektor industri yang membengkak, cukup menjadikan
agenda yang
serius bagi pendidikan Islam di Indonesia pada masa
pembangunan ini.
4.
Perubahan-perubahan sosial yang berjalan tidak berurutan
secara
tertib, bahkan
terkadang eksklusif dalam dialektik pembangunan
sebagaimana
tersebut di atas.
Semua hal
diatas adalah faktor penyebab dari tidak terpenuhinya beberapa maksud
pemerintah dalam menjalankan pembangunan dalam sektor pendidikan agama
khususnya bagi Islam. Semua itu sangat memprihatinkan apalagi jika dibiarkan
begitu saja tanpa upaya retrospeksi atas kegagalan tersebut.
Yang harus
disadari adalah lembaga pendidikan Islam adalah lembaga pendidikan Islam
memiliki potensi yang sangat besar bagi jalannya pembangunan di negeri ini
terlepas dari berbagai anggapan tentang pendidikan yang ada sekarang, harus
diingat bahwa pendidikan Islam di Indonesia telah banyak melahirkan putera
puteri bangsa yang berkualitas.
HM. Yusuf Hasyim mengungkapkan betapa besarnya pendidikan Islam di Indonesia hanya dengan menunjukkan salah satu sampelnya yaitu pesantren. sebagai lembaga pendidikan Islam pesantren dan madrasah-madrasah bertanggungjawab terhadap proses pencerdasan bangsa secara keseluruhan. Sedangkan secara khusus pendidikan Islam bertanggungjawab terhadap kelangsungan tradisi keislaman dalam arti yang seluas-luasnya. Dari titik pandang ini pendidikan Islam, baik secara kelembagaan maupun inspiratif, memilih model yang dirasakan mendukung secara penuh tujuan dan hakikat pendidikan manusia itu sendiri, yaitu membentuk manusia mukmin yang sejati, mempunyai kualitas moral dan intelektual.[4]
HM. Yusuf Hasyim mengungkapkan betapa besarnya pendidikan Islam di Indonesia hanya dengan menunjukkan salah satu sampelnya yaitu pesantren. sebagai lembaga pendidikan Islam pesantren dan madrasah-madrasah bertanggungjawab terhadap proses pencerdasan bangsa secara keseluruhan. Sedangkan secara khusus pendidikan Islam bertanggungjawab terhadap kelangsungan tradisi keislaman dalam arti yang seluas-luasnya. Dari titik pandang ini pendidikan Islam, baik secara kelembagaan maupun inspiratif, memilih model yang dirasakan mendukung secara penuh tujuan dan hakikat pendidikan manusia itu sendiri, yaitu membentuk manusia mukmin yang sejati, mempunyai kualitas moral dan intelektual.[4]
C.
Tujuan Setiap Jenjang Pendidikan Islam pada Masa
Reformasi.
a.
Tujuan untuk jenjang pendidikan MI /SD dan MTS / SLTP
meliputi :
1.
Tumbuhnya keimanan dan ketaqwaan dengan mulai belajar
Al-Qur’an dan praktek-praktek ibadah secara verbalistik dalam rangka pembiasaan
dan upaya penerapannya.
2.
Tumbuhnya sikap beretika melalui keteladanan dan penanaman
motifasi.
3.
Tumbuhnya penalaran (mau belajar, ingin tahu senang membaca,
memiliki inofasi, dan berinisiatif dan bertanggung jawab).
4.
Tumbuhnya kemampun berkomunikasi sosial.
5.
Tumbuh kesadaran untuk menjaga kesehatan.
b.
Tujuan pendidikan pada jenjang MA/SLTA meliputi :
1.
Tumbuhnya keimanaan dan ketaqwaan dengan memiliki kemampuan
baca tulis Al-qur’an dan praktek-praktek ibadah dengan kesadaran dan keikhasan
sendiri.
2.
Memiliki etika.
3.
Memiliki penalaran yang baik.
4.
Memiliki kemampuan berkomunikasi sosial.
5.
Dapat mengurus dirinya sendiri.
c.
Tujuan Pendidikan Tingkat Tinggi adalah didalam penguasaan
ilmu pendidikan dan kehidupan praktek ibadahnya bukan hanya untuk dirinya
sendiri tetapi telah memiliki kemampuan untuk menyebarkan kepada masyarakat dan
menjadi teladan bagi mereka.
D.
PENUTUP
a.
Kesimpulan
Reformasi adalah perubahan terhadap semua sistem kepemerintahan
secara totalitas dengan penciptaan pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
Secara politik, Orde Baru berakhir dan digantikan oleh rezim
yang menamakan diri sebagai “Reformasi Pembangunan” meskipun demikian sebagian
besar roh Orde Reformasi masih tetap berasal dari rezim Orde Baru, tapi ada
sedikit perubahan, berupa adanya kebebasan pers dan multi partai. Dalam bidang
pendidikan kabinet reformasi hanya melanjutkan program wajib belajar 9 tahun
yang sudah dimulai sejak tahun 1994 serta melakukan perbaikan sistem pendidikan
agar lebih demokratis.
Pada
setiap jenjang ini berebeda – beda, namun intinya agar tumbuhnya keimanaan dan
ketaqwaan dengan memiliki kemampuan baca tulis Al-qur’an dan praktek-praktek
ibadah dengan kesadaran dan keikhasan sendiri, dan memiliki kemampuan untuk
menyebarkan kepada masyarakat dan menjadi teladan bagi mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam: Tradisi
dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, (Jakarta: Logos, 1999).
Wahid,
Abdurrahman, Bunga Rampai Pesantren, ( Jakarta : Dharma Bhakti 1978 ).
Yunus, Prof.
H. Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, ( Jakarta : Hidakary
Agung, 1985 ).
Zuhairini,
Sejarah Pendidikan Islam, ( Jakarta : Bumi Aksara, 1986 ).
No comments:
Post a Comment