ILMU MUHKAM WA AL – MUTASYABIH
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
ULUMUL QUR’AN
Dosen pengampu
Abd Azis, M.Ag.
Dsusun Oleh :
Kelopok
VI
1
. Mila Faricha (
111049 )
2.
Muhammad Aslam (111052 )
3
. Nor Afifah (
111055 )
4
. Novan Khoirun Naim ( 111056 )
PROGAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI ) PATI
2012
PRAKATA
Segala puji bagi Allah SWT Yang Maha
Pengasih Dan penyayang. Solawat Dan Salam senantiasa terlimpahkan ke panggkuan
Nabi Besar Muhammad SAW, Keluarga, Sahabat, Dan Para pengikutnya.
Makalah ini penulis susun guna
memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Qur’an. Dan dalam penulisan ini, penulis
menyadari bahwa sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas, maka
makalah yang berjudul
“
ILMU MUHKAM WA AL – MUTASYABIH “ Ini masih jauh dari kata sempurna.
Dalam penulisan makalah ini penulis
banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Olehkarena itu, penulis ingin
mengucapkan trima kasih kepada :
1.
Abd Azis, M.Ag selaku dosen pengampu mata kuliah
Ulumul Qur’an SEkolah Tinggi Agama Islam pati.
2.
Segenap dosen
sekolah tinggi agama islam.
3.
Semua rekan – rekan
maha siswa, atas segala partisipasin yang telah di berikan.
4.
Semua pihak yang
telah membantu terselesainya penyusunan makalah ini.
Penulis berharap dari makalah yang penulis susun ini
dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi penulis maupun pembaca. Demikian
makalah ini penulis susun, kritik serta saran yang membangun sangat penulis
harapkan untuk melengkapi makalah ini.
Pati, 20 April
2012
Penulis
ILMU
MUHKAM WA AL – MITASYABIH
1
. PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang.
Al – qur’an di
dalamnya terandung dua jenis ayat yang keduanya merupakan bagian terpenting
dalam kitap suci Al –qur’an. Dan keduanya harus di terima sepenuhnya tanpa
pilih – pilih.
Dua jenis ayat
didalam Al – qur’an yaitu ayat muhkam yang diketahui maksudnya melalui takwil /
secara nyata dan mutasyabih yaitu ayat yang tersembunyi ( maknanya )
1.2 Rumusan
masalah.
Dari latar belakang di atas, maka
dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu :
1 . Apakah pengertian
muhkam dan mutasyabih dan dasar – dasar pembicaranya ?
2 . Apakah sebb – sebab
terjadinya mutasyabih?
3 . Bagaimanakah
pandangan dan sikap Ulama’ dalam menghadapi Ayat – ayat mutasyabi ?
1.3 Tujuan
penulisan
Tujuan penulisan
makalah berdasarkan rumsan masalahdi atas adalah :
1.
Dapat
menjelaskan pengertian Muhkam dan Mutasyabih dan dasar – dasar pembicaranya.
2.
Untuk mengetahui
sebab – sebab terjadinya tasyabuh.
3.
Untuk mengetahui
pandangan dan sikap Ulama’dalam menghadapi Ayat – ayat Mutasayabih.
ILMU
MUHKAM WA AL – MUTASYABIH
11. PEMBAHASAN
11.1 Pengertian Muhkam Dan Mutasyabih
dan dasar – dasar pebicaranya.
Secara Bahasa :
Muhkam berasal dari kata Ihkam yang
berarti Kekukuhan, Kesempurnaan, Keseksamaan, dan Pencegahan. Dalam Al – Qur’an
terdapat Ayat yang menggunakan kata ini atau kata jadiannya.
Firman Allah :
!9# 4 ë=»tGÏ. ôMyJÅ3ômé& ¼çmçG»t#uä ......................(هود : 1) ÇÊÈ
Artinya : “ Sebuah kitap yang
disempurnakan ( di jelaskan ) Ayat – ayat nya ”. ( Qs. Hud : 1 )
Mutasyabih berasal dari kata
tasyabuh yang secara bahasa berarti keserupaan
dan kesamaan yang biasanya membawa kepada kesamaan antara dua hal . [1]
Firman Allah :
..............
$Y6»tGÏ. $YgÎ6»t±tFB uÎT$sW¨B ..........
(الزمر : 23) ÇËÌÈ
Artinya : … ( yaitu ) Al – qur’an yang
serupa ( Mutasyabih ) lagi berulang – ulang …. ” [2]
Tasyabuh dan isytabaha berarti dua hal
yang masing – masing menyerupai yang lainnya.
Firman Allah :
uqèd üÏ%©!$# tAtRr& y7øn=tã |=»tGÅ3ø9$# çm÷ZÏB ×M»t#uä ìM»yJs3øtC £`èd Pé& É=»tGÅ3ø9$# ãyzé&ur ×M»ygÎ7»t±tFãB ( $¨Br'sù tûïÏ%©!$# Îû óOÎgÎ/qè=è% Ô÷÷y tbqãèÎ6®Kusù $tB tmt7»t±s? çm÷ZÏB uä!$tóÏGö/$# ÏpuZ÷GÏÿø9$# uä!$tóÏGö/$#ur ¾Ï&Î#Írù's? 3 $tBur ãNn=÷èt ÿ¼ã&s#Írù's? wÎ) ª!$# 3 tbqãź§9$#ur Îû ÉOù=Ïèø9$# tbqä9qà)t $¨ZtB#uä ¾ÏmÎ/ @@ä. ô`ÏiB ÏZÏã $uZÎn/u 3 $tBur ã©.¤t HwÎ) (#qä9'ré& É=»t6ø9F{$# ÇÐÈ
Artinya
:
Dialah
yang menurunkan Al – kitap ( Al – Qur’an ) kepada kamu. Di antara ( isi ) nya
ada ayat – ayat yag muhkam, itulah pokok – pokok isi Al – qur’an dan yang lain
( ayat – ayat ) mutasyabihat. Adapun orang – orang yang dalam hatinya condong
kepada kesesatan, maka mereka mengikuti ayat – ayat yang mutasyabihat dari
padanya untuk mnimbulkan fitnah dan untuk mencari – cari takwilnya melainkan
Allah. Dan orang – orang yang mendalam ilmunya berkata : “ kami beriman kepada
ayat – ayat yang mutasyabihat. Semuanya itu dari sisi tuhan kami”. Dan tidak
dapat mengambil pelajaran ( dari Padanya ) melainkan orang – orang yang
berakal. ( Qs. Ali Imran : 7) [3]
Secara istilah :
Diantara definisi yang dikemukakan Al –
Zarqani adalah berikut ini :
1.
Muhkam ialah
ayat yang jelas maksudnya lagi nyata yang tidak mengandung nash. Mutasyabih
ialah ayat yang trsembunyi ( maknanya ). Tidak diketahui maknanya baik secara
akli maupun naqli. Dan inilah ayat – ayat yang hanya Allah mengetahuinya.
Seperti datangnya hari kiamat , huruf – huruf yang di awal – awal surat.
Pendapat ini di bangsakan Al – Alwi kepada pemimpin – pemimpin mazhab Hanafi.
2.
Muhkam ialah
Ayat – ayat yang diketahui maksudnya , baik secara nyata maupun melalui takwil.
Mutasyabih ialah ayat hanya Allah mengetahui maksudnya. Baik secara nyata
maupun melalui takwil. Mutasyabih ialah ayat yang hanya Allah lah mengetahui
maksudnya, seperti datangnya hari kiamat, keluarnya dajjal, huruf – huruf yang
terputus – putus di awal – awal surat. Pendapat ini di bangsakan kepada Ahli
sunah sebagai pendapat yang terpilih di kalangan mereka.
3.
Muhkam Ialah
ayat yang tidak mengandung kecuali satu kemungkinan makna takwil. Mutasyabih
ialah ayat yang mengandung banyak kemungkinan makna takwil, pendapat ini di
bangsakan kepada Ibnu Abbas dan kebanyakan ahli usul fiqih mengikutinya. [4]
11.2
Sebab – sebab terjadinya Tasyabuh dalam Al – Qur’an.
Secara ringkas dapat di katakanbahwa sebab
tasyabuh atau mutasyabih adalah ketersembunyian. maksud bahwa makna
ketersembunyian itu bias kembali kepada lafal dan makna sekaligus.
Contoh ketersembunyian pada lafal
Adalah :
وَفاَكِهَةً وَأَباَ (عبس : 31)Lafal أَ
بَ Disini Mutasyabih.
Karena ganjilnya dan jarangnya
digunakan. Kata أَ
بَ Di artikan Rumput – rumputan berdasarkan
pemahaman dari ayat berikutnya :
$Yè»tG¨B ö/ä3©9 ö/ä3ÏJ»yè÷RL{ur (
عبس ÇÌËÈ
Mutasyabih yang timbul dari
ketersembunyian pada makna adalah Ayat – ayat Mutasyabih tentang sifat – sifat
Tuhan seperti :
وَيَبْقَى
وَجْهُ رَبِّكَ ذُوْ الجَلاَلِ وَالاِكْرَامْ
يَدُ
اللهِ فَوْقَ أَيْدِيْهِمٍٍْ
Dan
sebagai mana Mutasyabih yang timbul dari ketersembunyian pada makna Dengan
lafal sekaligus adalah Seperti :
.... }§øs9ur É9ø9$# br'Î/ (#qè?ù's? Vqãç6ø9$# `ÏB $ydÍqßgàß £`Å3»s9ur §É9ø9$# Ç`tB 4s+¨?$# 3 (#qè?ù&ur Vqãç7ø9$# ô`ÏB $ygÎ/ºuqö/r& 4 (#qà)¨?$#ur ©]lgfq!$# öNà6¯=yès9 cqßsÎ=øÿè? ÇÊÑÒÈ
Artinya
:
“ Dan bukanlah kebaktian memasuki Rumah – rumah dari belakangnya. Akan tetapi kebaktian itu adalah
kebaktian Orang – orang yang bertaqwa. Dan masuklah ke rumah – rumah itu dari
pintu – pintunya. Dan bertaqwalah kepada
Allah agar kamu beruntung ”.
( Qs. Al – Baqarah : 189 ). [5]
11.3.
Pandangan dan sikap Ulama’ dalam menghadapi ayat – ayat Mutasyabih.
1. Mazhab
salaf yaitu mengimani sifat – sifat yang Mutasyabih itu dan menyerahkan
hakikatnya kepada Allah sendiri. Pernah ditanyakan kepada imam malik tentang
makna Istiwa’ maka beliau berkata :
الاستواء معلوم
والكيف مجهول والتساؤل عنه بدعة وأظتك رجل سوء أخرجؤه عنى
“Istiwa’
itu ma’lum, kaif itu majhul, menanyakan hal itu bid’ah, saya sangka engkau seorang buruk – keluarkanlah dia ini dari
majelisku”.[6]
2.
Mazhab Khalaf.
Yaitu Ulama’ yang menakwilkan Lafal yang makna lahirnya mustahil kepada makna
yang lain dengan zat Allah. Karena itu mereka disebut pula Muawwilah atau
Mazhab takwil. Mereka memaknakan Istiwa’ dengan ketinggian yang abstrak, berupa
pengendalian Allah terhadap alam ini tanpa merasa kepayahan. Kedatangan Allah
di artikan dengan kedatangan Perintahnya, Allah berada di atas hamba – nya.
Dengan Allah maha tinggi, bukan berada di suatu tempat. “ sisi ” Allah dengan hak Allah, “Wajah” dengan zat,
“Mata” dengan pengawasan. “tangan” dengan kekuasaan, dan “diri” dengan siksa. Demikianlah
system penafsiran Ayat – ayat Mutasyabihat yang di tempuh Oleh ulama’ kalaf.
Semua lafal yang mengandung makna “cinta”, “murka”, dan “malu” bagi Allah di takwil dengan makna
majaz yang terdekat. Mereka berkata :
كل صفة يستحيل حقيقتها على الله
تعالى تفسر بلازمها
Artinya
: “ Setiap sifat yang makna hakikatnya mustahil bagi Allah Di tafsirkan ( di
takwil ) dengan kelazimannya”.
111.1
Kesimpulan.
1)
Muhkam berasal dari kata Ihkam yang berarti ,
kekukuhan, kesempunaan, kesesamaan, dan pencegahan, sedang Mutasyabih berarti
keserupaan dan kesamaan yang biasa membawa kepada kesamaran antara dua hal.
2)
Secara ringkas bahwa tasyabuh atau mutasyabih adalah
ketersembunyian maksud bahwa ketersembunyian itu bisa kembali kepada lafal dan
makna sekaligus. Tujuan ayat muhkam dan mutasyabih diturunkan oleh Allah
untuk :
-
Merangsang
daya fikir, agar pembaca dapat memahami dan mengetahui makna ayat-ayat tersebut.
-
Menguji
keimanan manusia
-
Agar manusia
tidak mudah terbawa oleh kesombongan
3)
Pandangan para Ulama’ diantaranya madzhab salaf
yaitu para ulama’ yang memercayai dan mengimani Ayat – ayat Mutasyabih dan
menyerahkan sepenuhnya kepada Allah sendiri. Madzhaf Khalaf yaitu para Ulama’
yang berpendapat perlunya menakwilkan ayat – ayat Mutasyabihat yang menyangkut
sifat Allah. Sehingga melahirkan Arti yang sesuai dengan keluhuran Allah.
Daftar
pustaka
-
Syadali, Ahmad
Dan Ahmad Rofi’I . 1997 . Ulumul Qur’an
1-
bandung : CV. Pustaka Setia.
-
Ash- Shiddiqy ,
Teungku M. Hasbi – 2009. Ilmu – ilmu Al- Qur’an – Semarang : PT. Pustaka
Rizki Putra.
-
Anwar . Rosihon.
2008 – Ulumul Qur’an. Bandung :
CV
- Pustaka Setia.
[1] . H. Ahmad Syadali dan H. Ahmad
Rofi’I . Ulumul Qur’an 1 . ( Bandung : CV Pustaka Setia, 1997 ) hal 199.
[2] . H. Ahmad Syadali Dan H. Ahmad
Rofi’I . Ulumul Qur’an 1. hal 199
[3] . H . Ahmad Syadali dan H. Ahmad
Rofi’I . Ulumul Qur’an 1. hal 200
[4].
H . Ahmad Syadali dan H. Ahmad Rofi’I . Ulumul Qur’an 1. hal 201
[5] . H . Ahmad Syadali dan H. Ahmad
Rofi’I . Ulumul Qur’an 1. hal 204.
[6] . Teungku M. Hasbi ash –
Shidieqy. Ilmu – ilmu Al – Qur’an ( Ulumul Al – Qur’an ) (Semarang : Pustaka
Rizki Putra, 2009 ) hal 161
No comments:
Post a Comment