BEBERAPA
PRINSIP DASAR EPISTEMOLOGI ISLAM
MAKALAH
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah: Metodologi Study Islam
Dosen
Pengampu: Bpk. Zaenal Arifin, M.S.I
Disusun
oleh:
Ah.
Birrul Walidain
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM PATI
JURUSAN
TARBIYAH
PRODI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
I.
PENDAHULUAN
Agama islam adalah satu-satunya agama disisi Allah yang
diridhoi, agama islam juga mengatur berbagai dimensi hubungan manusia dalam
menjalani aspek kehidupan. Ia mengajarkan bagaimana melakukan hubungan baik
antara manusia dengan Sang Khaliq, manusia dengan manusia, dan manusia dengan
makhluk lainnya.
Mempelajari dan mengamalkan agama islam sangant diperlukan
bagi penganutnya agar tidak terjerumus pada hal-hal yang merugikan diri sendiri
dan orang lain. di zaman modern, orang terlalu mudah terpengaruh dengan budaya
luar yang tidak sesuai dengan ajaran islam secara kaffah.
Pendidikan agama tidak terlepas dari pengajaran agama, yaitu
pengetahuan yang ditunjukkan pada pikiran, jiwa dan kepribadian yang berisikan
hukum-hukum, syarat-syarat, kewajiban-kewajian, batas-batas dan norma-norma
yang harus dilakukan. Islam sebagai agama yang terakhir, memiliki karakteristik
yang khas dibandingkan dengan agama-agama yang datang sebelumnya.
II.
RUMUSAN MASALAH
- Apakah pengertian epistimologi
dan Islam
- Bagaimana sumber pengetahuan
(wahyu, akal, dan rasa)
- Bagaimana kriteria kebenaran
dalam epistimologi Islam
- Bagaimana peranan dan fungsi pengetahuan
Islam.
III.
Tujuan
1.
Menjelasakn pengertian epistemology dan islam
2.
Menjelaskan sumber pengetahuan (wahyu, akal, dan rasa)
3.
Menjelaskan kriteria kebenaran dalam epistimologi Islam
4.
Menjelasakaqn peranan dan fungsi pengetahuan Islam
IV.
Manfaat
1. Meningkatkan pemahaman mahasiswa
tentang pengertian epistimologi dan Islam
2. Meningkatkan pemahaman mahasiswa
tentang sumber pengetahuan (wahyu, akal, dan rasa)
3. Meningkatkan pemahaman mahasiswa
tentang kriteria kebenaran dalam epistimologi Islam
4. Meningkatkan pemahaman mahasiswa
tentang peranan dan fungsi pengetahuan Islam
V.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Epistimologi dan Islam
1. Pengertian
Islam
Secara etimologis islam brasal dari kata aslama
yang berarti “menyerahkan diri”. Secara substansial kata ini mengandung banyak
pertanyaan yang dilontarkan kepada Rasulullah oleh seorang tak dikenal.
Selanjutnya dengan secara gamblang Rosulullah SAW menjelasakan bahwa kata islam
mengandung tiga dimensi dasar yang saling terkait yaitu Iman, Islam, dan Ihsan.
Dengan pengertian bahwa seseorang yang menyatakn dirinya sebagai seorang islam
dia harus memenuhi trilogi tersebut.[1]
Kata aslama
itulah yang menjadi kata islam yang mengandung arti segala arti yang terkandung
dalam arti pokoknya. Oleh sebab itu orang yang berserah diri, patuh dan taat,
menyerahkan diri kepada Allah SWT. Orang tersebut selanjutnya akan dijamin
keselamatannya di dunia dan akhirat.[2]
Sedangkn
secara istilah Islam adalah nama bagi suatu agama yang berasal dari Allah SWT.
Nama islam demikian itu memiliki perbedaan yang luar biasa dengan agama
lainnya. Kata islam tidak mempunyai hubungan dengan orang tertentu atau dari
golongan manusia atau dari suatu negeri. Kata islam adalah nama yang diberikan
oleh Tuhan sendiri. Hal demikian dapat dipahami dari petunjuk ayat-ayat
Al-Quran yang diturunkan oleh Allah SWT
Selanjutnya
dilihat dari segi misi ajarannya, islam adalah agama sepanjang sejarah manusia.
Agama dari seluruh nabi dan Rosul yang pernah diutus oleh Allah SWT. Pada
bangsa-bangsa dan kelompok-kelompok manusia islam itulah agama bagi Adam A.S,
Nabi Ibrohim, Nabi Yakub dst. Hal demikin dapat dipahami dri ayat-ayat
yangterdapat didalam Al-Quran yang menugaskan bahwa para nabi tersebut termasuk
orang yang berserah diri kepada Allah.[3]
2.
Pengertian Epistemologi
Epistemologi, (dari bahasa
Yunani episteme (pengetahuan) dan logos
(kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang
berkaitan dengan asal, sifat, karakter dan jenis pengetahuan.
Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan dibahas
dalam bidang filsafat, misalnya tentang apa itu pengetahuan, bagaimana
karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan.
Epistemologi atau Teori
Pengetahuan yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan,
pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas
pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan
tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai
metode, diantaranya; metode induktif, metode deduktif, metode positivisme,
metode kontemplatis dan metode dialektis.[4]
B. Sumber Pengetahuan (Wahyu, Akal dan Rasa)
a. Wahyu
Wahyu berasal dari kata arab Al-Wahyu, artinya
“suara”, api dan kecepatan. Disamping itu wahyu juga mengandung makna bisikan,
isyarat, tulisan dan kitab. Selanjutnya al-wahyu mengandung arti
pemberitahuan secara tersembunyi dan dengan cepat. Namun dari sekian banyak
arti itu wahyu lebih dikenal dalam arti “ Apa yang disampaikan Allah kepada
para Nabi”. dengan demikian, dalam kata wahyu terkandung arti penyampaian sabda
Allah kepada orang pilihan-Nya. Agar diteruskan kepada umat manusia dalam
perjalanan hidupnya baik didunia maupun diakhirat nanti. Dalam Islam wahyu atau
sabda Tuhan yang disampaikan kepada Nabi Muhammad, semuanya tersimpan
dengan baik dalam Al-Quran. Al-Quran karena itu, mengandung sabda Tuhan
berupa wahyu dalam bahasa arab. Sabda Tuhan dalam Al-Quran tidak hanya dalam
isi, tetapi juga dalam kata-katanya. Akal dan wahyu merupakan sakaguru ajaran
islam. Namun segera harus ditegaskan bahwa dalam sistem ajaran agama islam,
wahyulah yang pertama dan utama.
Karena Allah adalah sumber pengetahuan, maka Allah dapat
memberikan ilmu yang dikehendaki-Nya tanpa proses berpikir atau pengamatan
empiris menurut Al-Ghazali, ilmu ini tidak diperoleh lewat pengamatan atau
pemikiran, tetapi lewat dzanq. Kadang-kadang ilmu ini disebut sebagai “Ilmu
Laduni”.
Al-Quran dan As-Sunnah, keduanya merupakan sumber pertama
ilmu. Al-Qur’an berkali-kali mengingatkan kita untuk memikirkan ayat-ayat – Nya
dan mengambil pelajaran darinya.
b. Akal
Akal, ratio (Latin) akal
(bahasa Arab ‘aqli) budi (Sanskerta) akal budi (persatuan
Arab dan Sansekerta) Nous (Yunani) Rasion (Prancis) Reason
(Inggris), adalah potensi rohaniah manusia sanggup mengerti mengenai teori
realita kosmis.
Dalam epistemologi, juga didapatkan
bahwa akal adalah sumber pengetahuan manusia, karena manusia itu pandai
berpikir maka ia berpengetahuan dan sekalian pengetahuannya dibentuk oleh
pikirannya. Tidaklah mudah membuat definisi akal sebagai sumber pengetahuan.
Akal sebagai sumber pengetahuan
dengan indera, saling berhubungan. Akal budi tidak dapat menyerap sesuatu dan
panca indera tidak memikirkan sesuatu. Bila keduanya bergabung maka timbullah
pengetahuan. Menyerap sesuatu tanpa dibarengi akal budi adalah kebutaan, dan
pikiran tanpa isi sama dengan kehampaan. Akal dan indera saling mengisi dalam
memperoleh pengetahuan, akal berperan sebagai pengolah apa yang telah diserap
oleh indera.
Aktivitas akal sebagai sumber
pengetahuan disebut berpikir, berpikir merupakan ciri khas manusia sebagai
makhluk yang paling tinggi derajatnya dimuka bumi ini. disini timbul masalah
apakah berpikir itu? Secara umum maka setiap perkembangan ide dan konsep dan
sebagainya disebut berpikir. Dimana seseorang berpikir sunguh-sungguh takkan
membiarkan ide dan konsep yang dipikirkannya berkelana tanpa arah, namun
ditujukan pada arah tertentu yaitu pengetahuan.[5]
c.
Rasa
Rasa
adalah tanggapan indra terhadap rangsangan saraf, tanggapan hati terhadap
sesuatu. Munculnya rasa lebih bersifat jujur, berbeda dengan pikiran. Ketika
merasa lapar, pikiran belum tentu sepakat memenuhi kebutuhan atas rasa lapar
itu. Jika dikatakan sebuah kesadaran, pikiran dan rasa adalah sebuah kesadaran
yang mendua, tergantung kehendak mana yang akan diikuti. Dalam hal ini, manusia
senantiasa berada dalam konflik “abadi” antara dua kepentingan yang berbeda
pandangan, antara rasa dan pikiran. Rasa dan pikiran memungkinkan untuk bersinergi
maupun berkontrakdiksi.[6]
C. KRITERIA KEBENARAN DALAM
EPISTIMOLOGI ISLAM
Diantara kriteria yang harus dipenuhi adalah:
a. Berdasarkan fakta
b. Bebas dari prasangka
c. Menggunakan
prinsip-prinsip analisis
d. Menggunakan hipotesa
e. Menggunaka ukuran
yang objektif
f. Menggunakan teknik
kuantifikasi.
Setelah semua kriteria dipersiapkan barulah muncul langkah berikutnya,
yaitu mengerjakan diantaranya:
a. Memilih dan
mendefinisikan masalah
b. Survey terhadap data
yang tersedia
c. Memformulasikan
hipotesa
d. Membangun kerangka
analisa
e. Mengumpulkan data
primer
f. Mengolah,
menganalisa serta membuat interpretasi
g. Membuat generalisasi dan
kesimpulan
h. Membuat laporan.
Pandangan Islam akan ukuran
kebenaran menunjukkan kepada landasan keimanan dan keyakinan terhadap keadilan
yang bersumber pada Al-Qur’an. Sebagaiman yang diutarakan oleh Fazrur Rahman :
Bahwa semangat dasar dari Al-Qur’an adalah semangat moral, ide-ide keadilan
sosial dan ekonomi. Hukum moral adalah abadi, Ia adalah “perintah Allah”.
Manusia tak dapat membuat atau
memusnahkan hokum moral : ia harus menyerahkan diri kepadannya.
Pernyataan ini dinamakan Islam dan
implementasinnya dalam kehidupan disebut ibadah atau pengabdiaan kepada Allah.
Tetapi hukum moral dan nilai-nilai spiritual, untuk bisa dilaksanakan haruslah
diketahui.
Dalam kajian epistimologi Islam dijumpai beberapa teori
tentang kebenaran :
1. Teori Korespondensi
Menurut
teori ini suatu posisi atau pengertian itu benar adalah apabila terdapat suatu
fakta bersesuaian, yang beralasan dengan realistis, yang serasi dengan situasi
aktual, maka kebenaran adalah sesuai dengan fakta dan sesuatu yang selaras
dengan situasi akal.
2. Teori Konsistensi
Menurut
teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan (judgement)
dengan suatu yang lain yaitu fakta atau realistis, tetapi atas hubungan antara
putusan-putusan itu sendiri. Dengan kata lain, kebenaran ditegakkan atas
hubungan antara putusan-putusan yang baik dengan putusan lainnya. Yang telah
kita ketahui dan diakui benar terlebih dahulu, jadi sesuatu itu benar jika
hubungan itu saling berkaitan dengan kebenaran sebelumnya.
3. Teori Prakmatis
Teori
ini mengemukakan benar tidaknya suatu ucapan, dalil atau semata-mata tergantung
kepada berfaedah tidaknya ucapan, dalil atau teori tersebut bagi manusia untuk
berfaedah dalam kehidupannya.
D. PERANAN DAN FUNGSI PENGETAHUAN DALAM ISLAM
Fungsi pengetahuan dalam Islam disini dapat menjadi
inspirasi dan pemberi kekuatan mental yang akan menjadi bentuk moral yang
mengawasi segala tingkah laku dan petunjuk jalan hidupnya serta menjadi obat
anti penyakit gangguan jiwa.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fungsi pengetahuan
dalam islam adalah:
1. Membuktikan secara otentik
sumber dasar, pokok-pokok dan prinsip-prinsip ajaran islam sebagai wahyu dari
Allah yang tertuang dalam Al-Qur’an.
2. Memberikan penjelasan,
contoh dan teladan pelaksanaan Agama Islam secara operational dalam sosial
budaya umatnya, yang kemudian di kenal dengan sebutan as-sunnah/al-hadist.
3. Memberikan cara atau metode
untuk mengembangkan ajaran Islam secara terpadu dalam kehidupan sosial budaya
umat manusia sepanjang sejarah dengan sistem ijtihad.
Secara rinci dapat digambarkan empat fungsi ilmu pengetahuan
Islam :
1. Fungsi deskriptif yaitu
menggamarkan/melukiskan dan memaparkan suatu masalah sehingga mudah dipelajari.
2. Fungsi pengembangan yaitu
melanjutkan hasil penemuan yang lalu dan menemuka hasil penemuan yang baru.
3. Fungsi prediksi yaitu
meramalkan kejadian-kejadian yang besar kemungkinan terjadi sehingga manusia
dapat mengambil tindakan-tindakan yang perlu usaha menghadapi.
4. Fungsi kontrol yaitu
berusaha mengendalikan peristiwa-peristiwa yang tidak dikehendaki.
IV.
KESIMPULAN
Islam adalah agama sepanjang sejarah manusia, agama dari
seluruh nabi dan rasul yang pernah diutus oleh Allah SWT. Pada bangsa-bangsa
dan kelompok-kelompok manusia islam itulah agama bagi Adam A.S, Nabi Ibrahim,
Nabi Ya’qub, dst. Hal demikian dapat dipahami dari ayat-ayat yang terdapat
didalam Al-Qur’an yang menegaskan bahwa para Nabi tersebut termasuk orang yang
berserah diri kepada Allah.
Epistimologi yaitu cabang filsafat yang secara khusus
membahas teori ilmu pengetahuan. Epistimologi bersal dari kata “episteme”
yang berarti pengetahuan.
Sumber
pengetahuan (Wahyu, Akal, dan Rasa)
- a.
Wahyu
Dalam
islam wahyu atau Sabda Tuhan yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW.
Semuanya tersimpan dengan baik dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an karena itu,
mengandung Sabda Tuhan yang berupa wahyu. Dalam bahasa arab sabda Tuhan dalam
Al-Qur’an tidak hanya pada isi, tetapi juga dalam kata-katanya. Akal dan wahyu
merupakan saka guru ajaran islam. namun segera ditegaskan bahwa dalam sistem
ajaran agama islam wahyulah yang pertama dan utama.
b. Akal
Pengetahuan
akal jelas lebih tinggi dari pada pengetahuan indra menurut Al-Qur’an, fakultas
yang mempunyai akal disebut qalbdan fuad.
c. Indera (Rasa)
Al-Qur’an
menjelaskan keterbatasan alat indra untuk memperoleh pengetahuann yang benar.
Namun al-qur’an mengancam orang-orang yang tidak menggunakan inderanya untuk
memperoleh pengetahuan.
Dalam
kajian epistimologi islam di jumpai beberapa teori tentang kebenaran yaitu.
- Teori Korespondensi
- Teori Konsistensi
- Teori Prakmatis
Peran dan
fungsi pengetahuan dalam islam ini dapat kita lihat dari 5 (lima) ayat pertama
surat Al-Alaq pada ayat tersebut terdapat kata Iqra’ yang diulang sebanyak dua
kali, kata tersebut menurt A. Baiqoni selain berarti membaca dalam artian
biasa. Juga berarti menelaah, mengobservasi, membandingkan, mengukur,
mendeskripsikan, menganalisa dan penyimpulan secara induktif.
V.
PENUTUP
Demikian
makalah yang dapat kami susun, besar kemungkinan makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik yang konstruktif dari pembaca
sangat penulis harapkan guna perbaikan. Dan semoga makalah ini dapat menambah
wacana keilmuan kita semua.
VI.
DAFTAR PUSTAKA
- Nata, Abudin, Metodologi Studi Islam. (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2000)
- Syukur, Amin, Metodologi Studi Islam, (Semarang:
Gunung Jati Semarang.1998)
- http://id.wikipedia.org/wiki/Epistemologi
[1]Amin, Syukur. dkk, Metodologi Studi Islam, Semarang:
Gunung Jati: Semarang, 1998.hal. 1
[2]
Abudin, Nata, Metodologi Study Islam, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,
2000.hal.62
[3]
Ibid.hal 65-66
[4]
http://id.wikipedia.org/wiki/Epistemologi(senin,4-11-13(08.10))
[5] http://www.referensimakalah.com/2012/11/akal-sebagai-sumber-pengetahuan.html(senin,4-11-13(08.31WIB)
[6] http://sahlanbahuy.wordpress.com/2013/05/05/ilmu-pengetahuan-rasa-dan-teater-di-sekolah
No comments:
Post a Comment