DAMPAK BENCANA ALAM TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA
A.
LATAR BELAKANG
Telah
banyak terjadi berbagai macam kejadian alam yang kurang bisa diterima oleh
masyarakat Indonesia akhir-akhir ini. Mulai dari tsunami di Aceh, gempa di
Yogyakarta, lumpur Lapindo di Sidoarjo, tsunami Mentawai, meletusnya Merapi dan
masih banyak lagi.
Adanya
bencana-bencana tersebut telah banyak memberikan bukti bahwa alam sudah tidak
mau bersahabat dengan manusia lagi. Siapa yang harus dipersalahkan atas semua
ini, apakah semua kesalahan tersebut diletakkan pada tangan manusia, atau
memang Tuhan berkehendak lain dengan alam kita.
Konsep
manusia dalam berpikir tentunya tidak akan bisa mampu membahas mengenai
kehendak Tuhan Yang Mahakuasa. Kita tidak akan sanggup menebak apakah yang akan
terjadi pada alam sekitar kita pada esok hari. Jangankan untuk mengetahui
keadaan esok hari, satu jam ke depan saja, kita tidak akan sanggup
memprediksinya. Apa yang telah dikehendaki-Nya tidak akan bisa terurungkan bila
memang Tuhan berkehendak demikian.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apakah pengertian bencana alam?
2.
Bagaimana dampak bencana alam terhadap
pembangunan ekonomi di Indonesia?
3.
bagaimana risiko bencana alam terhadap
pembangunan ekonomi di Indonesia?
4.
bagaimana manfaat bencana alam terhadap
pembangunan ekonomi di Indonesia?
5.
bagaimana solusi bencana alam terhadap
pembangunan ekonomi di Indonesia?
C.
PEMBAHASAN
1.
PENGERTIAN
BENCANA ALAM
Bencana alam adalah
konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik, seperti
letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor)
dan aktivitas manusia.
Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan
darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural,
bahkan sampai kematian.
Bencana alam juga dapat
diartikan sebagai bencana yang diakibatkan oleh gejala alam. Sebenarnya gejala
alam merupakan gejala yang sangat alamiah dan biasa terjadi pada bumi. Namun,
hanya ketika gejala alam tersebut melanda manusia (nyawa) dan segala produk
budidayanya (kepemilikan, harta dan benda), kita baru dapat menyebutnya sebagai
bencana.
Kerugian yang dihasilkan
tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya
tahan mereka. Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan: "bencana muncul
bila ancaman bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan". Dengan demikian,
aktivitas alam yang berbahaya tidak akan menjadi bencana alam di daerah tanpa
ketidakberdayaan manusia, misalnya gempa bumi di wilayah tak berpenghuni.
Konsekuensinya, pemakaian istilah "alam" juga ditentang karena
peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan
manusia. Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya
sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual, sampai
peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat
manusia.
Namun demikian pada daerah yang
memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard) serta memiliki
kerentanan/kerawanan (vulnerability) yang juga tinggi tidak akan memberi
dampak yang hebat/luas jika manusia yang berada disana memiliki ketahanan
terhadap bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan bencana merupakan
valuasi kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi,
mencegah & menangani tantangan-tantangan serius yang hadir. Dengan demikian
meskipun daerah tersebut rawan bencana dengan jumlah penduduk yang besar jika
diimbangi dengan ketetahanan terhadap bencana yang cukup.
2.
DAMPAK BENCANA
ALAM TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA
Bencana alam dapat mengakibatkan inflasi,
sedangkan inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif, tergantung parah
atau tidaknya pengaruh suatu bencana alam terhadap tingkat inflasi. Apabila
inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat
mendorong perekonomian lebih baik, yaitu
meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja,
menabung dan mengadakan investasi.
Bagi Perekonomian Indonesia,
a.
Investasi berkurang,
b.
Mendorong, tingkat bunga, menimbulkan kegagalan
pelaksanaan pembangunan,
c.
Menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi masa
yang akan datang,
d.
Menyebabkan daya saing produk nasional
berkurang, menimbulkan defisit neraca pembayaran,
e.
Merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan
masyarakat.
Bencana yang sekarang ini sering terjadi yaitu
akibat dari perubahan iklim (global warming) yang semakin meningkat, lebih
banyak manusia terkena dampaknya di karenakan perpotensi meningkatkan
kemiskinan, kurangnya sumber daya, pertumbuhan populasi, pergerakan dan
penempatan manusia ke daerah yang tidak menguntungkan.
Kurangnya
menejemen darurat menyebabkan kerugian dalam
bidang keuangan baik keuangan individu, nasional, maupun internasional.
Bencana alam yang terjadi jika memberpengaruh
pada sumber daya local dan mengakibatkan kurangnya sumber
daya tersebut, maka daerah tersebut dapat meminta bantuan ke tingkat nasional
dan internasional, dan itu akan menjadi beban untuk perekonomian Negara.
Bencana alam menbawa pengaruh negative terhadap
pembangunan terutama pembangunan dan menyusutkan kapasitas
produksi dalam skala besar yang berakibat pada kerugian financial. Karena itu
bencana alam membutuhkan pemulihan, rehabilitas dan rekontruksi agar kehidupan
ekonomi kembali normal. Tetapi semua itu memiliki konsekuensi pembiayaan yang
sering melebihi kemampuan ekonomi daerah yang dilanda bencana. Kebutuhan social
ekonomi yang besar buat rehabilitas dan rekontruksi menelan hasil-hasil
pembangunan, sehingga terkadang harus meminjam dari Negara tetangga yang
mengakibatkan semakin menumpuknya hutang Negara.
Akibat bencana alam Negara dapat rugi hingga
triliunan, sehingga umtuk pembangunan terjadi gangguan akibat dari
bencana-bencana yang terjadi tersebut, sehingga terkadang pembangunan terhadap
perekonomian suatu Negara merugi, bahkan sering terjadi inflasi besar-besaran
akibatnya sangat merugikan baik Negara maupun masyarakat itu sendiri.
Bencana alam juga dapat menghabiskan sumber
daya yang ada karena terjadi kerusakan-kerusakan yang dapat mempengaruhi sumber
daya terutama sumber daya alam dan sumber daya manusia, akibatnya terhambatnya
perekonomian, selain itu bencana alam juga menyebabkan kelangkaan sumber daya
tersebut , sehingga pemerintah harus mengambil kebijakan-kebijakan ekonomi.
Bencana dapat menghentikan
laju perkonomian terutama bagi para korban, meskipun bersifat sementara bagi
perekonomian namun dapat merugian hingga triliunan, seperti contoh : uang yang
harusnya digunakan sebagai pembangunan digunakan untuk membantu para korban
bencana alam yang telah kehilangan berbagi harta benda, serta pekerjaannya,
belum lagi ganti rugi atas kerusakan yang diakibatkan oleh bencana tersebut,
pemerintah harus mengeluarkan uang APBN yang cukup besar untuk menganti itu semua, kadang kala harus meminjam dari
Negara-negara tetangga.
Bencana alam juga mempengaruhi
harga komoditas pangan dan energy yang terus naik, tentunya akan memicu
terjadinya inflasi, sedangkan daya beli masyarakat tidak bertambah malah
cenderung menurun, akibatnya akan timbul pemasalahan yang berikutnya yaitu
memungkinkan akan banyak perusahaan-perusahaan yang menggunakan bahan bakar
untuk produksinya akan gulung tikar karena tak mampu lagi membiayai
produksinya, dan itu dapat mengakibatkan pengganguran yang dapat terjadi suatu
yang semakin buruk yaitu terjadinya krisis ekonomi yang semakin meruikan
Negara.
Para korban bencana alam
terkadang menekan pemerintah untuk serius terhadap menangani persoalan pasca
bencana, pemulihan infrstruktuk public, perekonomian, dan psikologis
masyarakat, terus pemerintah dapat dari mana untuk memenuhinya sedangkan
sekarang banyak masyarakat yang kesadarannya kurang untuk membayar pajak,
sedangkan apabila terjadi bencana seperti ini mereka menuntut haknya yang telah
lenyap, namun kesadaran untuk membayar kewajiban masih sangat rendah, jadi
pemerintah tak mampu memaksimalkan usahanya untuk pemulihan, karena kurangnya
dana.
Bencana alam juga membuat kerusakan jalan dan
harus segera di perbaiki, karena jalan merupakan akses terpenting
untuk lajunya ekonomi, apabila jalan banyak yang hancur maka banyak barang yang
tidak dapat dikirim, kemudian didaerah yang tidak mendapat kiriman maka akan
terjadi kelangkaan ujung-ujungnya inflasi lagi, padahal inflasi begitu
merugikan bagi perekonomian Negara, sehingga untuk mendapat kesejahteraan
secara merata sangat sulit karena akibat dari ulah masyarakat pula yang kurang
peduli akan pentingnya membayar pajak, dan bagi para koruptor yang hanya
menambah beban bagi masyarakat dengan mengambil harta yang bukan haknya, terus
bila Negara hancur siapa yang harus di salahkan???.
3.
RISIKO BENCANA
ALAM TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA
Bencana
alam menyusutkan kapasitas produktif dalam skala besar yang berakibat pada
kerugian finansial. Karena itu, bencana alam membutuhkan pemulihan,
rehabilitasi dan rekonstruksi agar kehidupan ekonomi kembali normal. Tetapi,
semua ini memiliki konsekuensi pembiayaan yang sering melebihi kemampuan
ekonomi daerah yang terlanda bencana. Kebutuhan biaya sosial ekonomi yang besar
buat rehabilitasi dan rekonstruksi menelan hasil-hasil pembangunan.
Laporan Asia
Pacific Disaster Report 2010 yang disusun oleh Komisi Ekonomi dan Sosial PBB
untuk kawasan Asia dan Pasifik (UN-ESCAP) dan UN-ISDR menyebutkan bahwa kawasan
Asia-Pasifik, termasuk di dalamnya Indonesia, menghasilkan seperempat dari
Produk Domestik Bruto (PDB) dunia.
Namun,
dalam 30 tahun terakhir ini 85 persen dari kematian dan 38 persen kerugian
ekonomi global yang diakibatkan oleh bencana alam juga terjadi di kawasan ini.
Sementara itu, Global Assessment Report (GAR 2011) memperkirakan bahwa kerugian
akibat bencana setiap tahunnya rata-rata mencapai 1 persen dari PDB, atau
setara dengan kerugian yang dialami oleh negara-negara yang mengalami krisis
keuangan global pada tahun 1980 dan 1990-an.
Bagi
Indonesia hal tersebut sangat terasa dari dampak bencana. Besarnya kerusakan
dan kerugian akibat dampak bencana sangat besar. Tsunami Aceh (2004)
menimbulkan kerusakan dan kerugian Rp 39 triliun. Berturut-turut gempa bumi
Yogyakarta dan Jawa Tengah tahun 2006 (Rp 27 triliun), banjir Jakarta tahun
2007 (Rp4,8 triliun), gempa bumi Sumbar tahun 2009 (Rp 21,6 triliun), dan
erupsi Merapi tahun 2010 di luar dari dampak lahar dingin sebesar Rp3,56
triliun. Sebuah angka yang sangat besar.
Bandingkan dengan kebutuhan untuk membangun Jembatan
Suramadu sekitar Rp 4,5 triliun dan kebutuhan JORR Tahap II sepanjang 122,6 km
sebanyak Rp 5 triliun. Artinya, dampak bencana tersebut dapat menurunkan laju
pembangunan di Indonesia.
4.
MANFAAT BENCANA
ALAM TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA
Berikut hasil analisis pengaruh bencana
alam terhadap tingkat inflasi yang juga mempengaruhi perekonomian suatu Negara,
sebagai berikut :
·
Pendapatan
Pendapatan
akan berkurang dikarenakan harus mengeluarkan uang yang banyak untuk biaya
perbaikan sehingga uang beredar pun bertambah banyak dan terjadilah inflasi.
Hal tersebut didukung juga dengan tingkat suku bunga yang akan turun serta
keinginan untuk menabung akan berkurang selain dikarenakan tingkat suku bunga
juga dikarenakan tidak tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung untuk melakukan
menabung uang untuk meredam inflasi, karena kerusakan gedung, hilangnya
database serta yang lainnya.
·
Efisiensi
Bencana
alam dapat mengubah pola alokasi factor produksi. Perubahan harga barang
konsumsi dan harga barang factor produksi akan mengubah pemakaian barang
tersebut pada kegiatan produksi dan konsumsi yang lebih efisien.
·
Output
Bencana
alam bisa dibarengi dengan kenaikan output, apabila kenaikan harga
barang-barang mendahului kenaikan biaya produksi sehingga menyebabkan
keuntungan produsen dalam jangka pendek, Namun lebih banyak bencana alam
menurunkan Inflasi sehingga menurunkan output apabila laju inflasi cukup tinggi
menyebabkan daya beli menurun dan mengurangi daya serap output produksi
·
Redistribusi Pendapatan
Apabila
harga harga naik dikarenakan permintaan suatu barang yang dibutuhkan pada saat
terjadi bencana, maka daya beli masyarakat akan menurun, namun ada sekelompok
masyarakat yang mampu menaikkan daya belinya akibat kenaikan barang tersebut
·
Lapangan Pekerjaan
Rusaknya
daerah tersebut mendorong para usahawan dan perusahaan untuk menghentikan
produksinya sehingga masyarakat banyak yang kehilangan pekerjaan. Masyakarat
tidak bekerja sehingga masyarakat tidak mendapatkan penghasilan dan daya beli
nya rendah sehingga tercipta inflasi dan sangat mempengaruhi perekonomian
global suatu Negara.
5.
SOLUSI BENCANA
ALAM TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA
Pertemuan
ketiga tingkat menteri Indonesia-Jepang di Tokyo baru-baru ini telah menetapkan
rencana strategis terkait Metropolitan Priority Area (MPA), dimana dalam
pertemuan ini diidentifikasi sejumlah 45 proyek terkait langsung dengan
pelaksanaan MPA. Menurut Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa,
sebanyak 18 proyek diantaranya dikategorikan fast track project dan lima proyek
lainnya flagship
project yang menjadi prioritas utama pemerintah pusat (Kompas
10/10/12). Dalam pengembangan 45 proyek pembangunan ini diperlukan investasi
sekitar Rp 410 triliun (3,4 triliun Yen), dimana pembiayaannya ditanggung 55%
oleh swasta dan 45% campuran antara program public private partnership (PPP),
APBN Indonesia, serta pembiayaan melalui skema pinjaman bantuan lunak (soft
loan). Kelima proyek yang dikatagorikan sebagai MPA flagship
project terdiri dari (1) Proyek konstruksi mass
rapid transportation (MRT) Jakarta; (2) Pembangunan Pelabuhan
International Cilamaya (Cilamaya’s International Sea Port);
(3) Perluasan dan pengembangan Bandara International Soekarno-Hatta; (4)
Pembangunan Pusat Riset Akademik Terpadu (New Academic Research Cluster); (5)
Pembangunan pembuangan kotoran (sewerage system) di DKI Jakarta.
Dalam
usaha untuk menanggulangi kemiskinan dan ketidakmerataan distribusi pendapatan
di negara-negara berkembang, maka perlu diketahui bagaimana cara terbaik untuk
mencapai tujuan tersebut. Kebijaksanaan ekonomi apa saja yang dapat
dilaksanakan oleh pemerintah negara-negara berkembang untuk menanggulangi
kemiskinan dan ketidakmerataan, sambil tetap mempertahankan atau meningkatkan
laju pertumbuhan ekonomi. Apabila perhatian lebih ditujukan pada kewajaran
distribusi pendapatan pada umumnya, dan upaya untuk meningkatkan tingkat
pendapatan golongan ekonomi bawah 40 % penduduk pada khususnya, maka perlu
dipahami berbagai faktor yang mempengaruhi distribusi pendapatan di dalam
perekonomian, dan perlu juga diketahui upaya-upaya pemerintah agar dapat
mempengaruhi atau mengubah efek yang tidak menguntungkan dari
kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut.
Menurut
W.Arthur Lewis (Perencanaan Pembangunan: Dasar-Dasar Kebijakan Ekonomi,1962)
semua pemerintah modern menjunjung tinggi asas persamaan dan berupaya
menghapuskan pendapatan yang di satu pihak berlebihan banyaknya sedangkan di
lain pihak terlalu sedikit.
Untuk
menjawab ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : (1) Membagikan kembali
pendapatan itu dengan cara pemungutan pajak; (2) Mengubah faktor-faktor pokok
yang menentukan distribusi pendapatan sedemikian rupa sehingga distribusi
pendapatan sebelum pengambilan pajak telah menjadi sama.
Irma
Adelman dan Cynthia Taft Morris dalam Lincolin Arsyad (Ekonomi
Pembangunan,1988) mengemukakan delapan faktor yang menyebabkan Ketidakmerataan
Distribusi Pendapatan di Negara-negara Berkembang :
(1) Peningkatan
jumlah penduduk menyebabkan pendapatan per kapita semakin menurun;
(2) Inflasi,
dimana pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti secara proporsional dengan pertambahan
produksi barang-baran
(3) Ketidakmerataan
pembangunan antar daerah;
(4) Investasi
yang boros dalam proyek-proyek yang padat modal, sehingga persentase pendapatan
dari harta tambahan lebih besar dibandingkan dengan persentase pendapatan yang
berasal dari kerja, sehingga jumlah pengangguran bertambah;
(5) Rendahnya
mobilitas sosial;
(6) Pelaksanaan
kebijakan industri substitusi impor yang mengakibatkan melonjaknya harga barang
hasil industri untuk melindungi kepentingan usaha-usaha kapitalis ;
(7) Memburuknya
nilai tukar bagi negara-negara sedang berkembang dalam perdagangan internasional
dengan negara maju;
(8) Hancurnya
sentra industri kerajinan rakyat (usaha kecil dan menengah, UKM) dan koperasi.
Sistem
perekonomian Indonesia sangat dipengaruhi oleh sistem ekonomi kapitalis, bahkan
lebih kapitalis dibandingkan dengan Amerika Serikat. Hal ini menyebabkan
perekonomian hanya terpusat atau dikuasai oleh para pemilik modal. Tentunya
mereka yang memiliki modal yang besar mampu berinvestasi dalam membangun
industri-industri yang diharapkan dapat meningkatkan penghasilan.
Pada
akhirnya dapat disimpulkan bahwa investasi padat modal, tingkat inflasi dan
tingkat upah yang rendah dapat mempengaruhi kesenjangan pendapatan di
Indonesia. Investasi yang cenderung padat modal, mengakibatkan banyak
masyarakat yang kehilangan pekerjaan, sehingga pendapatan yang mereka terima
sangat kecil. Inflasi yang tidak terkendali menyebabkan perekonomian
terbengkalai dan masyarakat semakin tidak dapat menikmati hasil pembangunan.
Juga upah yang masih rendah dikalangan masya-rakat menengah ke bawah menyebabkan
kesenjangan pendapatan yang semakin melebar, diantara berbagai golongan lapisan
masyarakat.
Penutup
No comments:
Post a Comment