TITIK SINGGUNG
UNSUR PENDIDIKAN
DALAM AJARAN AGAMA
A.
Pendahuluan
Proses
pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi segenap komponen pendidikan oleh
pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Proses pendidikan itu
dilaksanakan sangat menentukan kualitas hasil pencapaian tujuan pendidikan.
Kualitas proses pendidikan menggejala pada dua segi yaitu kualitas komponen dan
kualitas pengelolaannya. Kedua segi tersebut, satu sama lain saling bergantung.
Walaupun komponen-komponennya cukup baik, seperti tersedianya sarana dan
prasarana serta biaya yang cukup, jika tidak ditunjang dengan pengelolaan yang
handal maka pencapaian tujuan tidak akan tercapai secara optimal. Yang menjadi
tujuan utama pengelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses belajar dan
pengalaman belajar yang optimal.
Batasan
mengenai pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam, dan kandungannya
berbeda yang satu dari yang lain. Perbedaan tersebut mungkin karena
orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan, atau
karena falsafah yang melandasinya. Karena pendidikan secara garis besar
merupakan sarana yang paling penting dalam sebuah proses tranformasi budaya.
Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan
pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Nilai-nilai budaya
tersebut mengalami proses transformasi dari generasi tua ke generasi muda. Ada
tiga bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok diteruskan misalnya
nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab, dan lain-lain.
Selain
itu, pendidikan juga Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan
sebagi suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya
kepribadian peserta didik.
B.
Rumusan Masalah
Adapun masalah yang dapat kami ungkapkan dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa unsur pendidikan itu?
2. Apakah yang menjadi titik singgung dalam
sebuah pendidikan?
C.
Pembahasan
1.
Unsur-unsur Pendidikan dalam Ajaran Agama.
Pendidikan
adalah hidup (segala pengalaman belajar yg berlangsung dalam segala lingkungan
dan sepanjang hidup. Segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan
individu, suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi
individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang
hayat sejak manusia lahir) .Serta Pendidikan merupakan segala usaha orang
dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani
dan rohani kearah kedewasaan. [1]
Orang-orang
Yunani,kurang lebih 600 tahun sebelum Masehi,telah menyatakan bahwa pendidikan
ialah usaha membantu manusia menjadi manusia. Ada dua kata yang penting dalam
kalimat itu,pertama “membantu” dan kedua “manusia”. Manusia perlu dibantu agar
ia berhasil menjadi manusia. Seseorang dapat dikatakan telah menjadi manusia
bila telah memiliki nilai (sifat) kemanusiaan. Itu menunjukkan bahwa tidaklah
mudah menjadi manusia. Karena itulah sejak dahulu banyak manusia gagal menjadi
manusia. Agar tujuan itu dapat dicapai dan agar program dapat disusun maka
cirri-ciri manusia yang telah menjadi manusia itu haruslah jelas. .[2] Dalam
proses pendidikan dan pembelajaran pengembangan konsep seyogyanya tidak
dilepaskan dari pengembangan sikap dan penanaman nilai-nilai ke dalam diri
peserta didik.
1. Materi Atau Isi Pendidikan
a. Aqidah
Dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra, bahwa
rosulullah saw bersabda:
عن ابنِ عباسٍ رضي الله عنهما ، قَالَ :
كنت خلف النَّبيّ
– صلى الله عليه وسلم – يوماً ، فَقَالَ : ((
يَا غُلامُ ،
إنِّي أعلّمُكَ كَلِمَاتٍ :
احْفَظِ اللهَ
يَحْفَظْكَ((2)) ،
احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ ، إِذَا سَألْتَ فَاسأَلِ الله ، وإِذَا
اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ باللهِ ، وَاعْلَمْ :
أنَّ الأُمَّةَ
لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إلاَّ بِشَيءٍ
قَدْ كَتَبهُ اللهُ لَكَ ، وَإِن اجتَمَعُوا عَلَى أنْ يَضُرُّوكَ بِشَيءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ
إلاَّ بِشَيءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ ، رُفِعَتِ الأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ
الصُّحفُ
(رواه الترمذي) ، وَقالَ : (( حديث حسن صحيح
وفي رواية غيرِ الترمذي :
(( احْفَظِ الله
تَجِدْهُ أَمَامَكَ ، تَعرَّفْ إِلَى اللهِ في الرَّخَاءِ يَعْرِفكَ في الشِّدَّةِ
، وَاعْلَمْ : أنَّ مَا أَخْطَأكَ لَمْ يَكُنْ
لِيُصِيبكَ ، وَمَا أصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ ، وَاعْلَمْ : أنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ ، وَأَنَّ الفَرَجَ مَعَ الكَرْبِ ،
وَأَنَّ مَعَ العُسْرِ يُسْراً ))
[3 ].[1]
Terjemahan Hadist: Dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: “Kali
tertentu saya berada dibelakang Nabi saw, kemudian beliau bersabda “Hai anak
kecil, aku akan mengajarkan kepadamu nbeberapa kalimat, yaitu: “ Jagalah
(perintah) Allah niscaya kamu dapati Allah selalu di hadapanmu. Jika engkau
minta, mintalah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, maka
mintalah pertolongan kepada Allah. Dan ketahuilah, jika umat manusia bersatu
untuk memberikan manfaat (kebaikan) kepadamu niscaya mereka tidak akan dapat melakukan
hal itu kepadamu kecuali dengan sesuatu hal yang telah ditentukan Allah padamu.
Dan jika mereka bersatu hendak mencelakakan dirimu niscaya mereka tidak akan
dapat mencelakakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah ditentukan Allah padamu.
Telah diangkat pena dan telah keringlah (tinta) lembaran-lembaran itu” (HR.
Imam Tirmidzi).
Dan dalam riwayat selain Tirmidzi dikatakan, Rosulullah saw
bersabda: “Peliharalah (perintah) Allah niscaya engkau akan menemui-Nya
dihadapanmu. Hendaknya engkau mengingat Allah diwaktu lapang (senang, niscaya
Allah akan mengingatmu diwaktu susahmu. Ketahuilah, sesungguhnya sesuatu yang
seharusnya luput mengenaimu, tentulah sesuatu itu tidak akan mengenaimu.
Ketahuilah, sesungguhnya kemenangan itu disertai kesabaran, kesenangan itu ada
kesudahan, dan sesudah kesulitan, pasti ada kemudahan”.
Kandungan dan
Penjelasan Hadits serta Kaitannya dengan Dunia Pendidikan
Hadits ini mengandung penjelasan tentang ‘aqidah Islam. Rasul
menyampaikan pelajaran ini kepada Abdullah ibn ‘Abbas pada usia mudanya. Ini
menunjukkan bahwa pendidikan aqidah sudah ditanamkan kepada seseorang sejak ia
kecil. Karena usia inilah yang paling tepat untuk menanamkan nilai. Bila nilai
itu sudah tertanam, maka kehidupan setelah dewasa dan masa tua banyak dipengaruhi
oleh masa muda itu. Sehingga kalaupun seseorang hidup di lingkungan yang sangat
jauh dari ajaran Islam, tetapi ideologinya tidak terpengaruh, keyakinannya
tidak goyah. Adapun jika penanaman nilai itu terlambat, apalagi setelah
kepalanya terisi oleh teori-teori dan doktrin di luar Islam, maka manusia
seperti inilah susah untuk disadarkan dan dibimbing ke jalan Islam.
Sayangnya di masyarakat Muslim sekarang yang terjadi justru
seperti ini. Sejak kecil anak tidak mendapatkan doktrin Islam, justru yang tertanam
di kepalanya adalah doktrin sekuler -yang memisahkan antara dien dari
kehidupan- karena ia belajar di sekolah-sekolah sekuler. Bahkan yang lebih
parah, anak yang sekolah di sekolah-sekolah missionaris Kristen dan Katolik
dengan berbagai sektenya, akidah mereka terancam dan Iman mereka kian hari kian
menipis, sampai akhirnya merekapun murtad dari Islam. Betapa teganya seorang
ayah memasukkan anaknya ke “sarang harimau” demi mendapatkan pendidikan modern.
Sekolah-sekolah missionaries itu bukan hanya tidak memberikan pendidikan Islam
kepada anak-anak Muslim, bahkan menjadikan mereka sebagai mangsa untuk
penyebaran misi mereka. Sumber-sumber informasi mengatakan, justru anak-anak
Muslim itu yang disuruh untuk memimpin doa Kristen di kelasnya.
Rasul Saw mengajarkan kepada Ibnu ‘Abbas, agar senantiasa
memelihara aturan-aturan yang sudah ditetapkan oleh Allah Swt, tidak melanggar
batasan-batasanNya. Kalau ini dilakukan, niscaya Allah akan memeliharanya juga.
Dan jika Allah dijaga dalam arti hukum-hukumNya ditaati, maka pada saat manusia
membutuhkan bantuan Allah, maka Allah senantiasa di hadapanNya, menolong
kesusahannya, meringankan bebannya.
Pada riwayat lain disebutkan : “Kenalilah Allah di waktu senang,
niscaya Dia akan mengenalmu di waktu susah.” Maksudnya bila di waktu senang,
manusia tetap ingat pada Allah -dan ini biasanya sulit, karena tabiat manusia,
bila senang, ia lupa dengan yang memberi nikmat- maka di waktu susah dan sulit,
Allah akan menolongnya.
Pelajaran seperti ini memang sangat tepat diajarkan kepada anak.
Psikologi anak mudah menerima pendidikan seperti ini dan dengan bahasa seperti
hadits ini. Yang diharapkan darinya ialah, doktrin tersebut tertanam dalam
benaknya hingga ia tua. Pada waktu ia dewasa ia tetap teringat bahwa apabila
seseorang ingin senantiasa mendapat penjagaan dari Allah maka ia harus juga
menjaga Allah Swt dalam kesehariannya.
Rasulullah Saw mengajarkan di dalam hadits ini dasar-dasar
‘aqidah, yaitu tempat meminta hanya kepada Allah Swt. Tempat mengadu hanya
Allah Swt. Manusia tidak pantas mengadukan masalahnya kepada manusia apalagi
kepada Jin, sementara ia tidak mengadu kepada Zat Yang Menciptakannya. Manusia
tak layak meminta bantuan kepada makhluk Allah, apalagi kepada musuh Allah
seperti syaitan, padahal kepada Allah ia tidak meminta bantuan. Inilah
pelajaran penting dalam aqidah.
Riwayat lain mengenai hadits ini memberikan tambahan penjelasan
bahwa hidup ini ibarat berlayar di lautan, kadang airnya tenang, kadang
ombaknya besar. Juga ibarat mendaki gunung. Berjalan di gunung tidak selamanya
mendaki dan tidak selamanya menurun. Ada waktunya mendaki dan ada waktunya
menurun. Hidup ini tidak selamanya konstan. Kesusahan tidak terus menerus.
Kesenangan juga tidak selamanya. Oleh karenanya Nabi Saw mengajarkan bahwa
kemenangan didapat melalui kesabaran. Di waktu susah, manusia perlu sabar,
karena kesusahan itu sementara, tidak bertahan selamanya. Maka berkat
kesabaran, Allah akan menurunkan bantuan dan pertolongan. Setelah kesulitan,
timbullah kemudahan. Bahkan di dalam riwayat tersebut disebutkan, bahwa
kemenangan sering didahului oleh penderitaan. Dan ini benar bila dirasakan
dalam kehidupan. Orang yang ingin berhasil dan sukses mencapai cita-citanya, ia
harus berjuang menapaki jalan kesuksesan itu dengan segala kepahitan dan
penderitaan. Bila ia sabar dalam kepahitan itu, maka di depannya kesuksesan
telah menunggu. Tetapi bila ia tidak sabar dan mundur dari jalannya, ia akan
gagal untuk meraih cita-citanya.
Pelajaran inilah yang perlu ditanamkan kepada setiap manusia,
khususnya anak didik yang masih muda agar ia siap menghadapi kehidupan yang
penuh dengan ujian kesabaran dan keadaan yang serba sulit.
1. Konteks yang Mempengaruhi Pendidikan
·
Alat dan Metode
·
Metode Keteladanan.
حَدَّثَنَا
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ عَامِرِ بْنِ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ عَمْرِو بْنِ سُلَيْمٍ الزُّرَقِيِّ عَنْ أَبِي
قَتَادَةَ الْأَنْصَارِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّي وَهُوَ حَامِلٌ أُمَامَةَ بِنْتَ زَيْنَبَ بِنْتِ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلِأَبِي الْعَاصِ بْنِ
رَبِيعَةَ بْنِ عَبْدِ شَمْسٍ فَإِذَا سَجَدَ وَضَعَهَا وَإِذَا قَامَ حَمَلَهَا.
Terjemahan Hadist: Hadis dari
Abdullah ibn Yusuf, katanya Malik memberitakan pada kami dari Amir ibn Abdullah
ibn Zabair dari ‘Amar ibn Sulmi az-Zarâqi dari Abi Qatadah al-Anshâri, bahwa
Rasulullah saw. salat sambil membawa Umâmah binti Zainab binti Rasulullah saw.
dari (pernikahannya) dengan Abu al-Ash ibn Rabi’ah ibn Abdu Syams. Bila sujud,
beliau menaruhnya dan bila berdiri beliau menggendongnya. (al-Bukhari, 1987, I:
193)
Kandungannya: Hadis di atas tergolong
syarîf marfû’ dengan kualitas perawi yang sebagian terdiri dari şiqah mutqinũn,
ra’su mutqinũn, şiqah dan perawi bernama Qatadah adalah sahabat Rasulullah saw.
(CD Room, Kutub at-Tis’ah).
Menurut al-Asqalâni, ketika itu
orang-orang Arab sangat membenci anak perempuan. Rasulullah saw. memberitahukan
pada mereka tentang kemuliaan kedudukan anak perempuan. Rasulullah saw.
memberitahukannya dengan tindakan, yaitu dengan menggendong Umamah (cucu
Rasulullah saw.) di pundaknya ketika salat.
Makna yang dapat dipahami bahwa
perilaku tersebut dilakukan Rasulullah saw. untuk menentang kebiasaan orang
Arab yang membenci anak perempuan. Rasulullah saw. menyelisihi kebiasaan
mereka, bahkan dalam salat sekalipun. (Al-Asqalani, 1379H: 591-592).
Hamd, mengatakan bahwa pendidik itu besar di mata anak didiknya,
apa yang dilihat dari gurunya akan ditirunya, karena anak didik akan meniru dan
meneladani apa yang dilihat dari gurunya, maka wajiblah guru memberikan teladan
yang baik. (al-Hamd, 2002: 27).
Memperhatikan kutipan di atas dapat
dipahami bahwa keteladanan mempunyai arti penting dalam mendidik, keteladanan
menjadi titik sentral dalam mendidik, kalau pendidiknya baik, ada kemungkinan
anak didiknya juga baik, karena murid meniru gurunya. Sebaliknya jika guru
berperangai buruk, ada kemungkinan anak didiknya juga berperangai buruk.
Rasulullah saw. Merepresentasikan dan mengekspresikan apa yang ingin diajarkan melalui
tindakannya dan kemudian menerjemahkan tindakannya ke dalam kata-kata.
Bagaimana memuja Allah swt., bagaimana bersikap sederhana, bagaimana duduk
dalam salat dan do’a, bagaimana makan, bagaimana tertawa, dan lain sebagainya,
menjadi acuan bagi para sahabat, sekaligus merupakan materi pendidikan yang
tidak langsung.
Mendidik dengan contoh (keteladanan)
adalah satu metode pembelajaran yang dianggap besar pengaruhnya. Segala yang
dicontohkan oleh Rasulullah saw. dalam kehidupannya, merupakan cerminan kandungan
Alquran secara utuh. Dengan demikian, keteladanan menjadi penting dalam
pendidikan, keteladanan akan menjadi metode yang ampuh dalam membina
perkembangan anak didik. Keteladanan sempurna, adalah keteladanan Rasulullah
saw, yang dapat menjadi acuan bagi pendidik sebagai teladan utama, sehingga
diharapkan anak didik mempunyai figur pendidik yang dapat dijadikan panutan.
Dengan demikian, keteladanan menjadi
penting dalam pendidikan, keteladanan akan menjadi metode yang ampuh dalam
membina perkembangan anak didik. Keteladanan sempurna, adalah keteladanan
Rasulullah saw., yang dapat menjadi acuan bagi pendidik sebagai teladan utama,
sehingga diharapkan anak didik mempunyai figur pendidik yang dapat dijadikan
panutan.[ 4]
·
Tempat Peristiwa Bimbingan Berlangsung
(Lingkaran Pendidikan)
·
Keluarga
Orangtua Harus Memberikan Pendidikan Terbaik
عن جا بربن سمرة
قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
لأن يؤدب الرجل ولده خير له من ان
ينصدق بصاع (رواه الترمذ)
Terjemahan
Hadist: “Dari Jubair bin Samurah RA ia berkata: Rasulullah SAW
bersabda: sungguh bahwa seseorang mendidik anaknya adalah lebih baik dari pada
ia bersedekah satu sha”. (H.R. Tirmidzi)
Kandungannya: dari hadist diatas
dapat kita simpulkan bahwa kewajiban orang tua kepada anak dalam hal pendidikan
sangatlah penting, sebab orang tua tempat pendidikan paling utama seorang anak.
Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang
karena hubungan semenda dan sedarah. Perkembangan dan aspirasi individu maupun
masyarakat, menyebabkan peran keluarga terhadap pendidikan anak-anaknya juga
mengalami perubahan. Keluargalah yang utama berperan baik pada aspek
pembudayaan, maupun penguasaan pengetahuan dan keterampilan.
Menurut Ki Hajar Dewantoro, suasana kehidupan
keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan
orang-seorang (pendidikan individual) maupun pendidikan sosial. Peran orang tua
dalam keluarga sebagai penuntun, sebagai pengajar, dan pemberi contoh mengenai
hal-hal yang baik bagi anaknya.
·
Sekolah
حَدَّثَنَا
بِشْرُ بْنُ هِلاَلٍ الصَّوَّافُ حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ الزِّبْرِقَانِ عَنْ
بَكْرِ بْنِ خُنَيْسٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ زِيَادٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ يَزِيدَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ
خَرَجَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ مِنْ بَعْضِ حُجَرِهِ
فَدَخَلَ الْمَسْجِدَ فَإِذَا هُوَ بِحَلْقَتَيْنِ إِحْدَاهُمَا يَقْرَءُونَ
الْقُرْآنَ وَيَدْعُونَ اللَّهَ وَالأُخْرَى يَتَعَلَّمُونَ وَيُعَلِّمُونَ
فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلٌّ عَلَى خَيْرٍ
هَؤُلاَءِ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ وَيَدْعُونَ اللَّهَ فَإِنْ شَاءَ أَعْطَاهُمْ
وَإِنْ شَاءَ مَنَعَهُمْ وَهَؤُلاَءِ يَتَعَلَّمُونَ وَإِنَّمَا بُعِثْتُ
مُعَلِّمًا فَجَلَسَ مَعَهُمْ
Terjemahan Hadist:
Dari Abdullah bin Umar : Suatu ketika Rasulullah SAW keluar dari kamarnya
kemudian memasuki masjid dan beliau melihat dua majelis. Salah satunya sedang
membaca Al Qur’an dan Berdoa kepada Allah, dan lainnya sedang belajar dan
mengajar, kemudian Beliau bersabda kepada mereka,“Keduanya ssama-sama dalam kebaikan,
mereka yang membaca Al Qur’an dan berdoa kepada Allah, jika Allah mengehendaki
maka akan mengabulkannya dan jika Allah tidak menghendaki maka tidak akan
mengabulkannya. Dan mereka yang sedang belajar, Sesungguhnya aku diutus sebagai
pendidik, kemudian Nabi ikut duduk bersama mereka (HR IbnuMajjah.No. 225)
Kandungannya: Di antara tiga pusat
pendidikan, sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk
melaksanakan pendidikan. Karena kemajuan zaman keluarga tidak mungkin lagi
memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi generasi muda terhadap iptek. Semakin
maju suatu masyarakat semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan
generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan masyarakat.
·
Masyarakat
حَدَّثَنَاعَبْدُالرَّزَّاقِ،أَخْبَرَنَادَاوُدُبْنُقَيْسٍ،عَنْأَبِيسَعِيدٍ،مَوْلَىعَبْدِاللهِبْنِعَامِرٍ،قَالَ:سَمِعْتُأَبَاهُرَيْرَةَ،يَقُولُ:
قَالَرَسُولُاللهِصَلَّىاللهُعَلَيْهِوَسَلَّمَ:”لَاتَحَاسَدُوا،وَلَاتَنَاجَشُوا،وَلَاتَبَاغَضُوا،وَلَاتَدَابَرُوا،وَلَايَبِعْأَحَدُكُمْعَلَىبَيْعِأَخِيهِ،وَكُونُواعِبَادَاللهِإِخْوَانًا،الْمُسْلِمُأَخُوالْمُسْلِمِ،لَايَظْلِمُهُوَلَايَخْذُلُهُوَلَايَحْقِرُهُ،التَّقْوَىهَاهُنَاوَأَشَارَبِيَدِهِإِلَىصَدْرِهِثَلَاثَمَرَّاتٍ
-،حَسْبُامْرِئٍمُسْلِمٍمِنَالشَّرِّأَنْيَحْقِرَأَخَاهُالْمُسْلِمَ،كُلُّالْمُسْلِمِعَلَىالْمُسْلِمِحَرَامٌ: دَمُهُ،وَمَالُهُ،وَعِرْضُهُ “-
أحمد –
مسلم
Terjemahan Hadist: Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata
: Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Janganlah kalian saling
dengki, saling menipu, saling marah dan saling memutuskan hubungan. Dan
janganlah kalian menjual sesuatu yang telah dijual kepada orang lain. Jadilah
kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi
muslim yang lainnya, (dia) tidak menzaliminya dan mengabaikannya, tidak
mendustakannya dan tidak menghinanya. Taqwa itu disini (seraya menunjuk dadanya
sebanyak tiga kali). Cukuplah seorang muslim dikatakan buruk jika dia menghina
saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim yang lain; haram darahnya,
hartanya, dan kehormatannya. (HR. Ahmad – Muslim)
Kandungannya: Fungsi masyarakat
sebagai pusat pendidikan sangat tergantung pada taraf perkembangan dari
masyarakat itu beserta sumber-sumber belajar yang tersedia di dalamnya. Kaitan
antara masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga segi, yakni :
·
Masyarakat sebagai penyelenggara
pendidikan, baik yang dilembagakan (jalur sekolah dan jalur luar sekolah)
maupun yang tidak dilembagakan (jalur luar sekolah).
·
Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan/atau
kelompok sosial di masyarakat, baik langsung maupun tak langsung, ikut
mempunyai peran dan fungsi edukatif.
·
Dalam masyarakat tersedia berbagai
sumber belajar, baik yang dirancang (by design) maupun yang
dimanfaatkan (utility). Perlu pula diingat bahwa manusia dalam bekerja
dan hidup sehari-hari akan selalu berupaya memperoleh manfaat dari pengalaman
hidupnya itu untuk meningkatkan dirinya. Dengan kata lain, manusia berusaha
mendidik dirinya sendiri dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar yang tersedia
di masyarakatnya dalam bekerja, bergaul, dan sebagainya.
Umar
Tirtarahardja dan S.L. La Sulo menjelaskan bahwa Unsur-unsur dalam
proses pendidikan ajaran agama melibatkan banyak hal antara lain[5] peserta didik,
pendidik, interaksi edukatif, tujuan pendidikan, materi pendidikan, alat dan
metode, serta lingkungan pendidikan.
1.
Subjek yang dibimbing (peserta didik).
Peserta
didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern cenderung menyebutkan
demikian oleh karena peserta didik adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang
ingin diakui keberadaannya.
Ciri
khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah:
a) Individu yang memiliki potensi fisik
dan psikis yang khas, sehingga merupakan insan yang unik.
b) Individu
yang sedang berkembang.
c) Individu
yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
d) Individu
yang memiliki kemampuan untuk mandiri.
2.
Orang yang membimbing (pendidik)
Yang
dimaksud pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami pendidikannya
dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan
lingkungan masayarakat. Sebab itu yang bertanggung jawab terhadap pendidikan
ialah orang tua, guru, pemimpin program pembelajaran, latihan, dan masyarakat.
Pendidik
adalah bapak rohani (spiritual father) bagi peserta didik, yang memberikan
santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan meluruskan perilakunya
yang buruk. Oleh karena itu, pendidik mempunyai kedudukan tinggi dalam islam,
kedudukan langsung setelah para nabi. Hal ini sebagaimana yang dikemukaakan
oleh Al-Ghazali, bahwa kedudukan guru merupakan kedudukan paling mulia setelah
nabi.
3.
Interaksi antara peserta didik dengan pendidik
(interaksi edukatif)
Interaksi
edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara peserta didik
dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan
pendidikan secara optimal ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif dengan
manipulasi isi, metode, serta alat-alat pendidikan.
Alat
pendidikan yang dapat digunakan dalam interaksi edukatif adalah nasihat. “Agama
adlah nasihat”,sabda beliau. Selain itu, alat pendidikan yang utama dalam
pendidikan islam adalah teladan, persahabatan, dan peringatan.
4.
Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan
pendidikan).
Setiap
masayarakat, bagaimanapun mempunyai falsafah dan pandangan hidup yang mereka
sesuai asas dalam membentuk generasi yang akan datang sebagai generasi pewaris.
Adanya berbagai aliran pemikiran filsafat berupa faham-faham menunjukan adanya
bukti keragaman pandangan hidup ini. Dan dengan tujuan yang akan dicapai oleh
system pendidikan pada prinsip[nya tidak terlepas dari asas falsafah yang
mereka anut.
Adapun
tujuan pendidikan islam yang sejalan dengan tujuan misi islam itu sendiri yaitu
mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga mencapai tingkat akhlakul karimah. Dan
tujuan tersebut sama dan sebangun dengan target yang terkandung dengan tugas
kenabian yang diemban oleh rosulullah saw yang terungkap dalam pernyataan
beliau: “ sesungguhnya aku diutus adalah untuk membimbing manusia mencapai
akhlak yang mulia “ (al-hadist). Factor kemuliaan akhlak dalam pendidikan islam
dinilai sebagai factor kunci dalam menentukan keberhasilan pendidikan, yang
menurut pandangan islam berfungsi menyiapkan manusia-manusia yang mampu menata
kehidupan yang sejahtera di dunia dan kehidupan diakhirat.
Dua
sasaran pokok yang akan dicapai oleh pendidikan islam yaitu kebahagian dunia
dan kesejahteraan akhirat, menguat sisi-sisi penting pada bagian ini dipandang
sebagi niali lebih dari pendidikan islam. Nilai lebih tersebut terlihat bahwa
system pendidikan islam dirancang agar dapat merangkum tujuan hidup manusia
sebagai makhluk ciptaan tuhan, yang pada hakikatnya tunduk pada hakikat
penciptaannya. Pertama, tujuan pendidikan islam itu bersifat fitrah
yaitumemebing perkembangan manusia sejalan dengan fitrah kejadiannya. Kedua,
tujuan pendidikan islam merentang dua dimensi, yaitu tujuan akhir bagi
keselamatan hdup di dunia dan di akhirat. Ketiga, tujuan penddikan islam
mengandung nilai-niali yang bersifat universal yang tidak terbatas oleh ruang
lingkup geografis dan paham-paham tertentu.
5.
Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan
(materi pendidikan)
Materi
pendidikan islam yang diberikan anak didik disesuaikan dengan tjuan pendidikan
yang akan dicapai, yang membentuk aklak yang mulia dalam kaitannya dengan
hakikat penciptaan manusia dalam hal ini maka dalam pengertian luas, materi
(kurikulum) untuk pendidikan seumur hidup, sebagai realisasi tuntunan nabi
“tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang kubur” (al-hadist).
Adapun
yang menjadi inti dari materi kurikulum pendidikan islam itu sendiri adalah
bahan-bahan, aktivitas dan pengalaman yang mengandung unsure ketauhidan. Selain
itu materi kurikulum dalam pendidikan islam meliputi tunmtutan untuk mematuhi
hokum-hukum allah. Tanpaknya secara prinsipil materi (kurikululm)
pendidikan islam tidak terlepas dari keterkaitannya dengan ajaran agam itu
sendiri. Materi dalam pendidikan islam mengandung ajaran-ajaran agama, baik
dalam bidang tauhid, akhlak, ibadah maupun muamalah.
2. Titik singgung
sebuah pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar yang teratur dan sistematis yang dilakukan oleh orang tua yang di serahi tanggung jawab untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifat-sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan. Lingkungan yang nyaman dan mendukung terselenggaranya suatu pendidikan amat dibutuhkan dan turut berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan. Demikian pula dalam sistem pendidikan Islam, lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sesuai dengan karakteristik pendidikan Islam itu sendiri.
Dalam literatur pendidikan, lingkungan biasanya disamakan dengan institusi atau lembaga pendidikan. Meskipun kajian ini tidak dijelaskan dalam al-Qur’an secara eksplisit, akan tetapi terdapat beberapa isyarat yang menunjukkan adanya lingkungan pendidikan tersebut. Oleh karenanya, dalam kajian pendidikan Islam pun, lingkungan pendidikan mendapat perhatian.
Lingkungan pendidikan adalah suatu institusi atau kelembagaan di mana pendidikan itu berlangsung. Lingkungan tersebut akan mempengaruhi proses pendidikan yang berlangsung. Dalam beberapa sumber bacaan kependidikan, jarang dijumpai pendapat para ahli tentang pengertian lingkungan pendidikan Islam.
Menurut Abuddin Nata, kajian lingkungan pendidikan Islam (Tarbiyah Islamiyah) biasanya terintegrasi secara implisit dengan pembahasan mengenai macam-macam lingkungan pendidikan. Namun demikian, dapat dipahami bahwa lingkungan pendidikan Islam adalah suatu lingkungan yang di dalamnya terdapat ciri-ciri ke-Islaman yang memungkinkan terselenggaranya pendidikan Islam dengan baik.
Lingkungan pendidikan sangat dibutuhkan dalam proses pendidikan, sebab lingkungan pendidikan tersebut berfungsi menunjang terjadinya proses belajar mengajar secara aman, nyaman, tertib, dan berkelanjutan. Dengan suasana seperti itu, maka proses pendidikan dapat diselenggarakan menuju tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan.
Pada periode awal, umat Islam mengenal lembaga pendidikan berupa kutab yang mana di tempat ini diajarkan membaca dan menulis huruf al-Qur’an lalu diajarkan pula ilmu al-Qur’an dan ilmu-ilmu agama lainnya. Begitu di awal dakwah Rasulullah SAW, ia menggunakan rumah Arqam sebagai institusi pendidikan bagi sahabat awal (assabiqunal awwalun). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan Islam mengenal adanya rumah, masjid, kutab, dan madrasah sebagai tempat berlangsungnya pendidikan, atau disebut juga sebagai lingkungan pendidikan.
Pada perkembangan selanjutnya, institusi pendidikan ini disederhanakan menjadi tiga macam, yaitu keluarga disebut juga sebagai salah satu dari satuan pendidikan luar sekolah sebagai lembaga pendidikan informal, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, dan masyarakat sebagai lembaga pendidikan non formal. Ketiga bentuk lembaga pendidikan tersebut akan berpengaruh terhadap perkembangan dan pembinaan kepribadian pesertadidik.
Menurut Wahyudi yang menjadi titik singgung sebuah pendidikan adalah sebagai berikut: [6]
1. Lingkungan yang nyaman dan mendukung harus sesuai situasi dan kondisi dalam pendidikan baik keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
2. Tujuan pendidikan yang diinginkan.
3. Ajaran agama dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat tersebut.
4. Visi dan Misi dalam sebuah pendidikan tersebut.
Menurut kami Terdapat titik singgung unsur-unsur pendidikan islam dalam ajaran agama, yaitu menyangkut peserta didik, pendidik, tujuan, interaksi edukatif dan materi pendidikan.Titik singgung peserta didik dalam ajaran agama adanya penghargaan terhadap fitrah manusia.Titik singgung pendidik dalam ajaran agama adalah bahwa pendidik adalah orang yang serahi tanggung jawab dan amanat pendidikan oleh agama, dan wewenang pendidik.Titik singgung tujuan pendidikan dalam ajaran agama adalah tujuan pendidikan islam yang sejalan dengan tujuan isi islam itu sendiri, yaitu mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga mencapai akhlakul karimah.
Titik singgung interaksi edukatif dalam ajaran agama adalah penggunaan metode dan alat-alat pendidikan yang sesuai dengan ajaran agama, seperti metode nasihat dan keteladanan.Titik singgung materi pendidikan dalam ajaran agama adalah bahwa materi yang disampaikan dalam pendidikan meliputi ajaran-ajaran yang terkandung dalam agama, baik dalam bidang tauhid, akhlak, ibadah maupun muamalah.
6. http://yuyutwahyudi.blogspot.com/2010/07/titik-singgung-unsur-unsur-pendidikan.html
[4]
D. Kesimpulan
Dari makalah yang penulis paparkan di atas,
maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:
1.
Unsur-unsur pendidikan adalah segala yang menjadi bagian dari
pada pendidikan itu sendiri yang memuat beberapa bagian-bagian penting antara
subyek dan obyek pendidikan dalam ranah agama maupun public, Unsur- unsure
pendidikan diantaranya adalah:Subjek yang dibimbing (peserta didik), Orang
yang membimbing (pendidik), Interaksi antara peserta didik dengan pendidik
(interaksi edukatif), Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan),
Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan), Cara yang
digunakan dalam bimbingan (alat dan metode), Tempat dimana peristiwa bimbingan
berlangsung (lingkungan pendidikan)
2.
Yang menjadi titk singgung daripada unsure pendidikan adalah
keterkaitan diantara satu unsure dengan unsure yang lain, yaitu dimana antara
satu unsure dengan unsure yang lain yaitu mempunyai satu titik temu yang
sentral yaitu pendidikan itu sendiri.
Tafsir,Ahmad,Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT
REMAJA ROSDA KARYA, 2006.
Tirtarahardja,
Umar dan S.L. La Sulo, 2005, Pengantar
Pendidikan, Jakarta:
Rineka Cipta.
Imam Nawawi, Terjemahan Riyadhus Shalihiin, Jakarta: Pustaka Amani, 1999.
Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
2. Tafsir,Ahmad,Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA,2006), 33
3. Imam Nawawi, Terjemahan
Riyadhus Shalihiin, (Jakarta: Pustaka Amani, 1999 )Jilid 1, hlm. 90
No comments:
Post a Comment